Analisa Dan Rasionalisasi Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan Dan Pos Duga Air Dengan Metode Stepwise Di Sub Das Bangsal Provinsi Jawa Timur

Main Author: Parabudhi, Pandu
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7773/
Daftar Isi:
  • Kegiatan Analisa dan Rasionalisasi Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan dan Pos Duga Air pada Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu upaya yang dilakukan guna mengoptimalkan sebaran stasiun hujan dan pos duga air di suatu DAS agar data hidrologi yang dihasilkan dapat mewakili karakteristik DAS itu sendiri. Hal ini merujuk pada Undang- Undang Sumber Daya Air no.7 Tahun 2004 tentang ketersediaan data dan informasi hidrologi yang memadai, akurat, tepat waktu dan berkesinambungan. Kualitas data yang akurat sangat dibutuhkan dalam penentuan potensi air permukaan pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat diperlukan dalam usaha optimasi pengembangan sumber daya air pada DAS tersebut. Hal ini tidak terlepas dari jumlah pos Hidrologi yang ideal dan penempatan lokasinya yang dapat mewakili karakteristik dari DAS tersebut. Sub DAS Bangsal merupakan bagian dari DAS Brantas yang terletak di hilir DAS Brantas lebih tepatnya di Kabupaten Mojokerto. Sub DAS Bangsal sendiri memiliki luas 135,849 km2. Di tahun 2017 ini, 14 desa di Kabupaten Mojokerto digenangi banjir karena tanggul Kali Sadar jebol. Dari data yang dihimpun Perum Jasa Tirta wilayah Surabaya, sedikitnya ada 4 titik tanggul jebol di wilayah Kabupaten Mojokerto. Jebolnya tanggul ini, disebabkan karena tak kuat menampung debit air yang masuk ke dalam Kali Sadar tersebut Dari permasalahan tersebut, pembangunan infrastruktur air pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) akan menyebabkan adanya perubahan dalam hal fisik, karakteristik hidrologi maupun lingkungan. Perencanaan bangunan yang akan dibuat harus semaksimal dan seteliti mungkin, agar perubahan karakteristik DAS yang dapat merugikan masyarakat dan lingkungan sekitarnya dapat diminimalisir dengan maksimal. Analisa dan rasionalisasi kerapatan jaringan Stasiun Hujan dengan menggunakan metode stepwise ini menggunakan data debit AWLR selama 6 tahun sebagai variabel terikat dan data hujan dari 11 stasiun hujan selama 6 tahun sebagai variabel bebas. Pada tahap awal pengerjaan dilakukan perhitungan luas pengaruh dari masing-masing stasiun hujan dan didapatkan bahwa dari masing-masing stasiun hujan memiliki luas pengaruh kurang dari 100 km2 yang berarti masih masuk dalam standar WMO. Setelah itu dilakukan pengujianpengujian data hujan dan debit menggunakan uji konsistensi, stasioner, persistensi dan outlier yang menghasilkan eliminasi dari 2 stasiun hujan yang ada yaitu stasiun hujan Pasinan dan Terusan. Selanjutnya masuk ke dalam model regresi menggunakan metode stepwise dengan bantuan software SPSS 20.0. Pada masukan secara partial pertama diperoleh stasiun hujan Pugeran sebagai variabel bebas yang memiliki korelasi paling tinggi dengan variabel terikat, yaitu sebesar 97,5%. Lalu masukan secara simultan berurutan dari korelasi tertinggi hingga terendah, maka didapatkan kombinasi dari 5 stasiun hujan yang memiliki korelasi sempurna, yaitu 100%. Maka didapatkan kombinasi stasiun hujan Pugeran, Pacet, Klegen, Pandan dan Tangunan sebagai stasiun hujan terpilih yang diambil dengan jumlah keberhasilan paling banyak berdasarkan hasil dari uji asumsi klasik.