Uji Keragaman Galur Jagung (Zea mays L.) Generasi S5

Main Author: Anwar, Moh. Saiful
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7660/
Daftar Isi:
  • Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu bahan pangan yang penting di Indonesia karena jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Kebutuhan jagung di Indonesia untuk konsumsi meningkat sekitar 5,16% per tahun sedangkan untuk kebutuhan pakan ternak dan bahan baku industri naik sekitar 10,87% per tahun (Roesmarkam dan Yuwono, 2002). Sentra produksi jagung masih didominasi di Pulau Jawa (sekitar 65%). Sejak tahun 2001 pemerintah telah menggalakkan program Gema Palagung (Gerakan Mandiri Padi, Kedelai dan Jagung). Salah satu aspek yang mempengaruhi jumlah produksi jagung adalah produktivitas.Varietas unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha meningkatkan produktivitas tanaman jagung (Arief dan Murni, 2008). Benih jagung yang unggul dibuwat oleh seorang pemulia dengan cara menyilangkan dan menyeleksi plasma nutfah yang memiliki sifat yang diinginkan. Untuk mendapatkan plasma nutfah yang memiliki sifat baik (superior) harus dilakukan pembentukan dan penyeleksian galur – galur yang diprediksi memiliki sifat yang diinginkan pemulia. Penampilan tanaman tergantung kepada genotipe, lingkungan, dan interaksi antara genotipe dan lingkungan (GxL) (Gomez and Gomez, 1984). Uji keragaman galur jagung perlu dilakukan untuk mendapatkan galur yang memiliki potensi hasil dan kualitas yang baik serta stabil. Galur harapan tersebut dapat dikembangkan menjadi varietas baru. Dari latar belakang diatas maka peneliti akan menguji keragaman galur jagung generasi S5 yang diharapkan akan menjadi varietas baru yang unggul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman calon varietas jagung generasi S5 yang diuji. Sedangakan untuk hipotesis penelitian ini adalah diduga galur jagung generasi S5 memiliki keragaman yang unggul. Penelitian dilaksanakan di lahan yang berada di Desa Areng-Areng, di Kota Batu, Jawa Timur. Pelaksanaan penelitian di mulai pada Bulan September sampai dengan Desember 2016. Penelitian menggunakan jarak tanam antar baris 80 cm dan jarak antar tanaman dalam baris 15 cm, dengan jumlah populasi setiap galur jagung 20 tanaman. Penelitian ini menggunakan bahan tanam dari galur generasi s5 sebanyak 10 galur, galur tersebut meliputi : 3-4+54B, 3-4+28G, 3- 4+139K, 3-4+44A, 3-4+31C, 3-4+56E, 3-4+143G, 3-4+147C, 3-4+15A, IONBY. metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode single plant, sehingga semua tanaman dalam petak percobaan diamati. Untuk pengamatan menggunanakan panduan pengamatan dari Departemen Pertanian Republik Indonesia Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) (2016), yang berjudul Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan Keseragaman dan Kesetabilan. parameter pengamatan ada 2 kelompok yaitu pengamatan kualitatif dan generative. Pengamatan kualitatif meliputi : Pola helai daun, Derajat zigzag, Umur antesis (50% dari jumlah tanaman), Warna antosianin pada tassel, Warna ii antosianin pada rambut tongkol, Tipe biji, dan Warna permukaan biji. Pengamatan kuantitatif meliputi : Tinggi tongkol, Panjang tanaman, Panjang tongkol, Diameter tongkol, Jumplah baris pada tongkol. Analisis data kualitatif diamati dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk deskripsi masing-masing karakter yang dimiliki tanaman (Nursa’adah et al.,2015). Sedangkan untuk analisis data kuantitatif akan diamati menggunakan uji T pada taraf 5 %. Dari hasil pengamatan karakter kuantitatif yang diamati meliputi panjang tasel, sudut diantara helai daun, tinggi tongkol, panjang tanaman (termasuk malai), panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris pada tongkol, menunjukkan bahwa tingkat keragaman karakter tersubut berada dibawah 25%, hal ini menunjukan bahwa karakter tersebut termasuk dalam kategori tingkat keragaman yang rendah. Pengamatan karakter kualitatif masing-masing galur dilakukan secara visual berdasarkan buku panduan Deptan (2004) yang meliputi karakter umur antesis (50% dari jumlah tanaman), pola helai daun, derajat zigzag batang, kandungan antosianin pada tasel, kandungan antosianin pada rambut, warna permukaan biji, dan tipe biji, semuanya juga menunjukan tingkat keragaman yang rendah.