Eksplorasi Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam.) Di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur
Main Author: | Auliya, Daniyatul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/7497/ |
Daftar Isi:
- Tanaman kelor (Moringa oleifera Lam.) bagi komunitas masyarakat Indonesia sudah menjadi perhatian, karena hamper semua bagian tanaman kelor dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Keragaman karakter sangat penting dalam pemuliaan tanaman sehingga perlu dilakukan identifikasi pada tanaman tersebut. Identifikasi bertujuan untuk mengetahui informasi dan keragaman karakter tanaman kelor yang berada di Kabupaten Banyuwangi. Eksplorasi merupakan langkah awal dari konservasi tanaman kegiatan tersebut diawali dengan inventarisasi tanaman kelor yang sudah dibudidayakan maupun spesies liarnya yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini adalah Mempelajari sebaran tanaman kelor di Kabupaten Banyuwangi, mempelajari keanekaragaman tanaman kelor berdasarkan karakter morfologi di Kabupaten Banyuwangi, menduga jarak genetik tanaman kelor di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan karakter morfologi. Hipotesis dari penelitian ini adalah Tanaman kelor di Kabupaten Banyuwangi diduga memiliki sebaran tanaman yang luas, tanaman kelor di Kabupaten Banyuwangi diduga memiliki keragaman yang tinggi berdasarkan karakter morfologi, tanaman kelor di Kabupaten Banyuwangi diduga memiliki jarak genetik yang luas. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2017 di wilayah Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur yaitu di Kecamatan Licin dan Kecamatan Glagah. Kecamatan Licin meliputi Desa Licin, Desa Tamansari, Desa Banjar. Kecamatan Glagah meliputi Desa Kampunganyar, Desa Kemiren, Desa Banjarsari. Alat yang digunakan antara lain: rol meter, penggaris, kamera, Pantone Colour Chart, panduan deskriptor tanaman kelor (Shantoskhomar, 2013), alat tulis, jangka sorong, timbangan, kuisioner, dan GPS (aplikasi open camera). Bahan yang digunakan adalah tanaman kelor yang ada di lokasi penelitian. Pengumpulan data untuk mengetahui lokasi keberadaan tanaman kelor dan persebarannya di Kabupaten Banyuwangiyaitu dengan membuat pemetaan menggunakan softwareArcGis, Analisis keragaman dianalisis menggunakan (Principal Component Analysis: PCA) menggunakan software XLSTAT. Analisis jarak genetik dianalisis menggunakan Agglomerative Hierarcichal Clustering (AHC) menggunakan software XLSTAT. Variabel pengamatan karakter kualitatif meliputi bentuk pohon, warna batang, bentuk permukaan batang, bentuk daun majemuk, bentuk anak daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, warna daun, warna rakhis, buah, bentuk buah, warna buah muda, warna buah tua, warna daging buah, bentuk biji, warna biji muda dan warna biji tua. Karakter kuantitatif yang diamati meliputi jumlahdaun (helai), panjang daun majemuk (cm), lebar daun majemuk (cm), panjang anak daun (cm), lebar anak daun (cm), jumlah anak daun primer, jumlah anak daun sekunder, panjang buah (cm), diameter buah (cm), berat buah (g), diameter biji (cm) dan jumlah biji per buah. Hasil dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa penyebaran tanaman kelor di KabupatenBanyuwangi bisa dikatakan merata di duaKecamatan yaitu Kecamatan Licin dan KecamatanGlagah. Analisis PCA (Principal Componen i Analysis) menunjukan bahwa adanya pengaruh pengelompokkan antar aksesi yang berdasarkan karakter morfologinya dibagi menjadi 6 komponen utama (PC), PC1 memberikan karakter yang berkontribusi yaitu, jumlah helai daun, panjang anak daun, lebar anak daun, panjang daun majemuk, lebar daun majemuk, jumlah anak daun sekunder. PC2 memberikan karakter yang berkontribusi yaitu, bentuk anak daun, bentuk daun majemuk, warna daun. PC3 memberikan karakter yang berkontribusi yaitu, bentuk permukaan batang, bentuk pangkal daun. PC4 memberikan karakter yang berkontribusi yaitu, jumlah anak daun primer. PC5 memberikan karakter yang bervariasi yaitu, bentuk pohon, dan warna rakhis. PC6 memberikan karakter yang bervariasi yaitu, bentuk ujung daun.Hasil analisis jarak genetik dengan memakai AHC (Analysis Hierarchical Clustering) membentuk delapan kelompok dengan tingkat kemiripan 72-99%. Pengelompokkan terjadi karena adanya kesamaan karakter morfologi bukan karena adanya kesamaan tempat tumbuh.