Pengukuran Indikator Kinerja Rantai Pasok Bawang Merah Pada Kabupaten Probolinggo

Main Author: Setiawan, Chika Putri
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7496/
Daftar Isi:
  • Bawang merah merupakan komoditas strategis yang ditetapkan sebagai bahan pangan pokok selain cabai, beras, jagung, dan kedelai. Selain sebagai bahan pangan pokok yang tidak tergantikan, bawang merah juga merupakan komoditas hortikultura diusahakan oleh masyarakat. Komoditas tersebut menjadi perhatian serius pemerintah karena memberikan andil yang cukup signifikan dalam menentukan inflasi. Konsumsi bawang merah dibutuhkan setiap hari dan bahkan di hari-hari besar permintaannya cenderung melonjak. Tingkat produksi bawang merah di Provinsi Jawa Timur berada di urutan kedua dengan kontribusi sebesar 20,89% dan terkonsentrasi salah satunya di Kabupaten Probolinggo. Namun, masalah terkait distribusi bawang merah yang tidak merata masih menjadi kendala dalam mencukupi kebutuhan bawang merah di Indonesia. Selain itu, dapat dilihat dari beberapa kasus, salah satunya adalah bawang merah harus dikirim dahulu ke daerah yang terkenal sebagai sentra bawang setelah itu baru dapat dikirim dan diterima oleh pasar Induk. Hal ini tentunya ini akan meningkatkan harga barang karena adanya inefficient transportation atau penggunaan transportasi yang tidak efisien. Seharusnya Pasar Induk dapat langsung menampung pengiriman dari berbagai daerah bukan hanya daerah tertentu saja. Persediaan input yang terbatas juga menjadi hambatan bagi rantai pasok bawang merah. Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi rantai pasok bawang merah di Kabupaten Probolinggo ; (2) menganalisis indikator kunci rantai pasok di Kabupaten Probolinggo dan (3) Mengukur kinerja rantai pasok bawang merah di Kabupaten Probolinggo. Untuk mengukur kinerja rantai pasok bawang merah, penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif melalui teori Performance of Activity dengan metode Analytical Hierarchy Process untuk mengetahui bobot dari masing-masing kriteria. Hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa prioritas tertinggi adalah produktivitas (0,288) dan modal (0,274). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas dan modal sangatlah menjadi tolak ukur bagi keberlanjutan usaha bawang merah. Dengan adanya peningkatan dan perkembangan dari segi produktivitas seperti perkembangan produk input yang berkualitas di tingkat penyedia input, perkembangan hasil produk bawang merah yang memiliki kualitas yang konsisten di tingkat petani dan pedagang, maka akan dapat memberikan dampak yang sangat baik bagi rantai pasok bawang merah di Kabupaten Probolinggo. Indikator biaya (0,072) dan transportasi (0,084) masing-masing memiliki tingkat kepentingan terendah dalam perspektif pelaku rantai pasok. Pelaku rantai pasok menilai bahwa biaya dan transportasi tidak memerlukan perhatian khusus karena biaya yang dikeluarkan tidak terjadi perubahan yang signifikan.