Pengaruh Waktu Topping Pada Sistem Tanam Jajar Legowo Terhadap Hasil Tanaman Jagung (Zea mays)
Main Author: | -, Wulandari |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/7463/ |
Daftar Isi:
- Produksi jagung pada tahun 2015 mencapai 19,61 juta ton pipilan kering dengan luas panen 3,78 juta ha, meningkat 0,61 juta ton dari produksi tahun 2014 yang mencapai 19,01 juta ton dengan luas panen 3,83 juta ha (BPS, 2016). Akan tetapi, pemerintah masih melakukan impor dengan tujuan untuk stok cadangan jagung nasional. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi jagung dalam memenuhi kebutuhan nasional yaitu dengan cara perbaikan teknik budidaya seperti pemotongan bagian tanaman di atas tongkol tertinggi (topping) dan penerapan sistem tanam jajar legowo. Penerapan sistem tanam jajar legowo yang tepat dapat meningkatkan produktivitas jagung dibandingkan dengan penerapan sistem tegel. Pada sistem tanam jajar legowo, jarak tanaman dalam baris rapat dan jarak tanaman antar legowo renggang. Hal ini akan berpengaruh pada penyerapan cahaya matahari karena daun akan saling menaungi dan tongkol akan ternaungi oleh daun. Perlakuan waktu topping ialah membuang organ tanaman diatas tongkol. Perlakuan topping bertujuan agar simpanan bahan kering dapat ditranslokasikan ke biji, meningkatkan penyerapan sinar matahari oleh tongkol sehingga membantu dalam proses pemasakan biji dan memanfaatkan hasil brangkasan untuk pakan ternak. Penelitian bertujuan untuk (1) mempelajari pengaruh waktu topping pada sistem tanam jajar legowo terhadap hasil tanaman jagung dan (2) menentukan waktu topping dan sistem tanam jajar legowo yang tepat, yaitu yang mampu meningkatkan hasil sehingga diperoleh hasil tanaman jagung yang tinggi. Hipotesis dari penelitian ini ialah waktu topping dan sistem tanam jajar legowo yang tepat mampu meningkatkan hasil tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2017 di Agro Techno Park Universitas Brawijaya yang terletak di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Metode penelitian yang digunakan ialah Rancangan Petak Terbagi (RPT). Petak utama ialah sistem tanam jajar legowo, terdiri dari 3 taraf : J0: 25 × (50 × 100) cm, J1: 20 × (40 × 80) cm dan J2: 25 × (40 × 70) cm. Anak petak ialah waktu topping, terdiri dari 4 taraf : T0: tanpa topping, T1: topping 75 hst, T2: topping 85 hst dan T3: topping 95 hst. Terdapat 12 perlakuan dan diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 petak percobaan. Pengamatan dilakukan secara non destruktif pada saat tanaman berumur 14, 28, 42, 56 hst dan pengamatan panen pada 108 hst. Parameter pengamatan yang diamati ialah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot segar tongkol per tanaman, bobot kering tongkol per tanaman, bobot kering pipilan per tanaman, bobot 1000 biji, hasil pipilan kering ha-1 dan intensitas cahaya. Analisis data menggunakan analisis ragam (uji F) apabila terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara sistem tanam jajar legowo dan waktu topping pada bobot 1000 biji. Sistem tanam jajar legowo 25 × (50 × 100) cm mampu meningkatkan panjang tongkol, diameter tongkol, berat segar tongkol dan berat kering tongkol. Akan tetapi, sistem tanam jajar legowo 25 × (50 × 100) cm menghasilkan hasil pipilan per hektar paling rendah, sedangkan sistem tanam jajar legowo 20 × (40 × 80) cm dan 25 × (40 × 70) cm mampu meningkatkan hasil pipilan per hektar sebesar 38,52% dan 9,95%. Tanaman yang dilakukan topping 95 hst mampu meningkatkan bobot segar tongkol, bobot kering tongkol dan bobot kering pipilan. Perlakuan topping 85 dan 95 hst tidak berbeda nyata dengan tanpa topping pada hasil pipilan per hektar, sehingga tanaman yang dilakukan topping atau tanpa topping memberikan hasil pipilan per hektar yang sama. Perlakuan topping yang terlalu awal yaitu 75 hst menyebabkan penurunan hasil pipilan kering per hektar sebesar 15,84%.