Simulasi Dampak Perubahan Iklim terhadap Ketersediaan Air Tanaman Tebu di Wilayah Malang

Main Author: Haditiya, Firmanda Rizky
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7430/
Daftar Isi:
  • Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer berdampak pada suhu udara yang semakin panas dan diperkirakan meningkat hingga 5,8o C pada akhir abad ke-21, diikuti perubahan pola curah hujan di setiap wilayah. Kondisi tersebut dapat menjadi kendala terhadap sektor pertanian terutama karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan air. Perbedaan karakter tanah juga menjadi faktor penting berkaitan dengan kemampuan tanah menyediakan air bagi tanaman. Beberapa karakter fisik tanah yang berpengaruh pada kemampuan tersebut yaitu tekstur dan retensi air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan iklim dan perbedaan tekstur tanah terhadap neraca air, pemenuhan kebutuhan air serta potensi reduksi hasil tanaman tebu di Kabupaten Malang yang merupakan sentra produksi tebu di Indonesia. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei hingga bulan Agustus 2017. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Wajak, Sumbermanjing, dan Gedangan yang dipilih berdasarkan perbedaan tekstur tanah dan luas area tanam tebu. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei dan simulasi mengenai dampak perubahan iklim yang didasarkan pada data perubahan iklim global. Penelitian ini terbagi dalam beberapa tahapan meliputi persiapan awal, survei lapangan dan analisis sifat fisik tanah, analisis neraca air, ketersediaan air tanaman serta potensi reduksi hasil tanaman tebu. Simulasi dampak perubahan iklim terhadap komponen pemenuhan kebutuhan air tanaman tebu ini menggunakan perhitungan neraca air metode Thornthwaite-Mather dan model CROPWAT 8.0 dengan skenario C0 (aktual) dan skenario perubahan iklim yang mengkombinasikan peningkatan suhu sebesar 2o C, 4o C, dan 6o C dengan perubahan curah hujan -10%, -5%, +5%, serta +10% dari kondisi aktual (C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9, C10, C11, C12). Hasil penelitian menunjukkan bahwa skenario dengan peningkatan suhu dan penurunan curah hujan 10% mampu mengurangi periode bulan surplus di semua lokasi studi. Namun, pergeseran menjadi bulan defisit hanya terjadi di lokasi Sumbermanjing dan Gedangan. Peningkatan suhu sebesar 2o6o C menyebabkan peningkatan kebutuhan air tanaman sebesar 515%, sehingga berdampak pada ketersediaan air selama periode bulan kering tidak mencukupi kebutuhan air tanaman. Potensi reduksi di lokasi Gedangan paling tinggi mencapai 5,1% pada skenario C9 (suhu +6o C dan curah hujan -10%). Kemampuan tanah menahan air yang tinggi tidak menjamin potensi reduksi rendah karena tergantung pada kondisi iklim.