Pengaruh Suhu terhadap Biologi Tungau Predator Blattisocius keegani dan Cheyletus eruditus

Main Author: Cahyani, Aryati
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7399/
Daftar Isi:
  • Pengendalian hama tungau umumnya menggunakan akarisida. Penggunaan akarisida yang berlebihan mengakibatkan residu dan resistensi hama. Upaya untuk mengurangi penggunaan akarisida yaitu dengan pemanfaatan musuh alami seperti tungau predator. Famili Phytoseiidae merupakan tungau predator yang diperbanyak secara massal. Tungau predator dari famili lain yang berpotensi untuk pengendalian secara biologis yaitu Blattisocius keegani dari famili Ascidae dan Cheyletus eruditus dari famili Cheyletidae. Kedua tungau predator tersebut digunakan untuk mengendalikan hama tungau pada produk simpanan. Masalah yang sering terjadi dilapang adalah ketersedian tungau predator pada waktu yang tepat untuk mengendalikan hama. Ketersedian tungau predator dipengaruhi oleh cara pemeliharaan seperti ketersediaan mangsa, kondisi suhu, dan kelembapan. Perubahan suhu dapat mempengaruhi biologi tungau predator. Oleh karena itu, perlu adanya kajian untuk mengetahui pengaruh berbagai suhu terhadap pertumbuhan dan perkembangan tungau B. keegani dan C. eruditus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai Juni 2017 di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Tungau predator dan tungau mangsa diperoleh dari koleksi tungau di Laboratorium Hama. Penelitian ini dilakukan pada arena percobaan terdiri dari cawan Petri berukuran sedang, kemudian pada bagian dalam diletakkan air, busa, dan cawan Petri berukuran kecil. Penelitian ini terdiri dari tiga perlakuan suhu yaitu suhu 20, 25, dan 30°C. Penelitian biologi tungau B. keegani dan C. eruditus menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 10 ulangan sehingga didapatkan 60 satuan percobaan. Pengamatan biologi tungau B. keegani dan C. eruditus meliputi lama perkembangan pradewasa, lama hidup imago, dan keperidian. Pengamatan perkembangan pradewasa dilakukan 3 jam sekali dengan mengamati telur hingga menjadi imago. Pengamatan lama hidup imago dilakukan dengan mencatat kematian imago jantan dan betina, serta mencatat masa praoviposisi, oviposisi, dan pascaoviposisi imago betina. Sedangkan pengamatan keperidian dilakukan dengan menghitung dan mencatat jumlah telur yang dihasilkan oleh imago betina. Data lama perkembangan pradewasa, keperidian imago betina dan lama hidup imago dianalisis dengan analisis sidik ragam taraf kesalahan 5%. Apabila antar perlakuan berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata perkembangan pradewasa dan siklus hidup berlangsung singkat secara nyata pada suhu 30°C (4,01 dan 5,11 hari) dibandingkan suhu 20°C (9,38 dan 12,08 hari) dan 25°C (8,19 dan 9,59 hari). Rerata keperidian tungau B. keegani pada suhu 20, 25, dan 30°C secara berurutan yaitu 47,10, 44,80, dan 39,40 butir telur. Sedangkan rerata lama hidup imago betina dan jantan pada suhu 20°C berlangsung lebih lama secara nyata (34,10 dan 27,40 hari) daripada suhu 25°C (23,60 dan 21,40 hari) dan 30°C (20,01 dan 18,00 hari). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan meningkatnya suhu maka perkembangan pradewasa, siklus hidup, dan lama hidup imago tungau B. keegani berlangsung singkat, dan keperidian meningkat. Berdasarkan hasil penelitian biologi tungau C. eruditus menunjukkan bahwa rerata perkembangan pradewasa dan siklus hidup pada suhu 20°C ii berlangsung lama secara nyata (19,12 dan 21,92 hari) daripada suhu 25°C (13,10 dan 16,60 hari) dan 30°C (11,20 dan 14,02 hari). Rerata keperidian tungau C. eruditus pada suhu 20, 25, dan 30°C secara berurutan yaitu 78,40, 97,90, dan 101,40 butir telur. Rerata lama hidup imago betina pada 20 dan 25°C berlangsung selama 19,90 hari dan pada suhu 30°C berlangsung selama 21,40 hari. Sedangkan rerata lama hidup imago jantan pada suhu 20°C berlangsung lebih lama secara nyata (22,20 hari) dibandingkan dengan suhu 25°C (13,00 hari) dan 30°C (14,80 hari). Hal tersebut dikarenakan tungau C. eruditus memiliki sifat kanibal sehingga mempengaruhi rerata lama hidup imago jantan dan betina. Seiring dengan meningkatnya suhu maka perkembangan pradewasa dan siklus hidup tungau C. eruditus berlangsung lebih singkat.