Kajian Jumlah Bibit Per Lubang Tanam Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Inbrida dan Hibrida

Main Author: Ismail, Moch Taufiq
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7388/
Daftar Isi:
  • Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penghasil beras. Padi adalah pangan kedua setelah gandum. Padi dikonsumsi miliaran penduduk dunia. Padi diproduksi di Asia Timur, Asia Tenggara dan Asia Selatan sebesar 90% produksi dunia. Padi adalah tanaman pangan utama di Indonesia. Upaya untuk menjaga ketersediaan pangan beras dunia dan Indonesia dibutuhkan peningkatan produksi karena perubahan iklim dunia mempengaruhi perkiraan produktifitas & kontinyuitas produksi yang umumnya subsisten. Teknologi produksi tanaman padi terdiri dari ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi adalah hal yang kecil kemungkinannya untuk berhasil karena persaingan penggunaan lahan pertanian dan non pertanian serta persaingan antar komoditas pertanian. Sehingga, teknologi produksi tanaman padi dengan cara intensifikasi. Intensifikasi antara lain dengan cara optimalisasi jumlah bibit dan pemilihan varietas unggul. Tujuan penelitian adalah mengetahui jumlah bibit yang tepat untuk mendapatkan produksi yang maksimal pada padi inbrida dan hibrida. Tempat penelitian dilaksanakan di lahan sawah Dusun Templek Desa Sumberduren Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur dengan ketinggian 56 mdpl. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai bulan Juni 2017. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sabit, cangkul, alat mesin pengolah tanah, papan petak percobaan, alat jarak tanam, meteran, timbangan, electric sprayer, plastik, label, tali rafia, karung, alat tulis menulis dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih padi inbrida lokal varietas Ciherang, benih padi inbrida unggul varietas Inpari Sidenuk, benih padi hibrida varietas Sembada 168, jerami, pupuk (Petroganik, Phonska, Urea, SP36 dan KCl), herbisida, insektisida dan fungisida. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT). Petak utama adalah varietas Ciherang, Inpari Sidenuk dan Sembada 168. Anak petak adalah jumlah bibit 1, 3 dan 5. Dari dua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 27 petak perlakuan. Pengamatan perlakuan yang dilakukan adalah pengamatan pertumbuhan (non destruktif dan destruktif) dan hasil (panen). Pengamatan pertumbuhan non destruktif dilakukan pada umur 30, 44, 58, 72 dan 86 HST. Pengamatan pertumbuhan destruktif dilakukan pada umur 30 HST dan panen. Variabel pengamatan pertumbuhan non destruktif antara lain panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah anakan dan jumlah anakan produktif. Variabel pengamatan pertumbuhan destruktif antara lain berat kering total tanaman dan laju pertumbuhan tanaman. Variabel pengamatan hasil antara lain jumlah malai, berat 1000 butir dan hasil gabah kering giling (GKG). Data hasil pengamatan yang diperoleh diuji dengan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5% untuk mengetahui adanya pengaruh pada setiap perlakuan dan interaksi antar perlakuan. Jika terdapat pengaruh pada setiap perlakuan dan interaksi antar perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5% untuk mengetahui tingkat perbedaan antar perlakuan dan interaksi antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara perlakuan varietas (petak utama) dan jumlah bibit (anak petak) terhadap semua variabel pengamatan pertumbuhan dan hasil. Perlakuan varietas berbeda nyata pada variabel pengamatan panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, berat kering total tanaman, jumlah malai per rumpun, berat 1000 butir dan hasil GKG. Perlakuan jumlah bibit berbeda nyata pada variabel pengamatan panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, berat kering total tanaman, laju pertumbuhan tanaman, jumlah malai per rumpun, berat 1000 butir dan hasil GKG. Perlakuan jumlah bibit 3-5 cenderung meningkatkan panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah anakan dan berat kering total tanaman pada umur 30 HST. Perlakuan jumlah bibit 1 cenderung meningkatkan jumlah anakan produktif, berat kering total tanaman pada umur panen, laju pertumbuhan tanaman, jumlah malai per rumpun, berat 1000 butir dan hasil GKG. Perlakuan varietas Inpari Sidenuk dan perlakuan jumlah bibit 1 adalah perlakuan dengan hasil GKG per ha tertinggi. Perlakuan varietas Inpari Sidenuk jumlah bibit 1 adalah perlakuan dengan R/C tertinggi yaitu 2,07.