Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Laki-laki dan Perempuan dari Perspektif Petani di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur

Main Author: Ikonny, Kinanthi Aprilia
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7384/
Daftar Isi:
  • Penyuluhan merupakan salah satu intervensi terhadap petani, dengan adanya pemberian berupa jasa maupun fasilitas. Penyuluhan pertanian diperlukan untuk mengubah pola pikir, sikap dan perilaku untuk membangun kehidupan petani yang lebih baik secara berkelanjutan. Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) petani dan keluarganya. Penyuluhan juga dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan non formal yang menitik beratkan pada perubahan perilaku petani dan keluarganya kearah yang lebih baik serta memiliki tantangan sendiri dalam melakukan fungsi dan peranannya. Kinerja Penyuluh merupakan respons atau perilaku individu terhadap keberhasilan kerja yang dicapai oleh individu penyuluh secara aktual dalam suatu organisasi sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada penyuluh, yang dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan periode waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Sejauh ini kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan dapat dikatakan belum mencapai hasil yang baik. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas PPL ialah dengan cara mengevaluasi kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan. Sejumlah PPL mengakui bahwa kinerja mereka belum maksimal. Apabila PPL tidak memahami dengan baik kinerja mereka serta hal apa saja yang tergolong baik maupun kurang baik, maka sangat sulit bagi PPL untuk memperbaiki tingkat kinerja mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan dari perspektif petani di UPT Balai Penyuluhan Pertanian, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan (2) Menganalisis perbedaan kinerja antara PPL laki-laki dan PPL perempuan dari perspektif petani. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 60 orang anggota kelompok tani maupun kelompok wanita tani yang merupakan binaan UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan pendekatan deskriptif menggunakan uji Independent sample t-test. Kinerja PPL diukur berdasarkan lima variabel pengukuran yaitu kehandalan (reliability), tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible). Kelima variabel tersebut bila diterapkan pada kegiatan penyuluhan pertanian adalah: Pertama, Kehandalan (reliability) yaitu keampuan seorang PPL untuk memberikan jasa pelayanan sesuai dengan yang disajikan, bersifat segera, terpercaya dan akurat serta konsisten dan sesuai pelayanan terhadap petani. Kedua, Tanggap (responsiveness) berarti kemampuan PPl dalam membantu petani mengidentifikasi dan mengakomodir kebutuhan petani serta memberikan pelayanan dengan cepat, serta mampu mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan oleh petani. Ketiga, kepastian (assurance) yaitu bagaimana PPL dapat menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan petani kepada PPl mengenai kepastian seperti inovasi yang ditawarkan bermanfaat dan tidak ii membutuhkan biaya besar. Keempat, empati (emphaty) berarti bahwa PPL harus dapat menempatkan dirinya apabila berada pada posisi sebagai petani, sehingga apabila terdapat hambatan dalam penyuluhan maka dapat dicari jalan keluar yang terbaik. Kelima, berwujud (tangible) yaitu berupa penampilan fasilitas fisik dan pemberian materi komunikasi seperti programa / materi penyuluhan dan alat bantu penyuluhan. Perbedaan kinerja PPL laki-laki dan Perempuan dilakukan denan menggunakan software SPSS. Perbedaan kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan berdasarkan kehandalan (reliabilitas) dapat dikatakan bahwa rata-rata terbesar ditunjukkan oleh PPL perempuan yaitu sebesar 26,43 sedangkan pada PPL laki-laki menunjukkan rata-rata sebesar 25,67. Perbedaan Kinerja PPL lakilaki dan PPL perempuan berdasarkan tingkat daya tanggap (responsiveness) diketahui bahwa tingkat kinerja PPL perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kinerja PPL laki-laki, yaitu dengan skor rata-rata sebesar 5,63 untuk PPL perempuan dan 4,57 untuk PPL laki-laki. pada variabel ketiga yaitu kepastian (assurance) hasil pengujian menunjukkan bahwa kinerja PPL laki-laki menunjukkan rata-rata sebesar 18,87 dan untuk PPL perempuan sebesar 19,53. Kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan berdasarkan variabel empati (emphati) menunjukkan bahwa rata-rata kinerja PPL laki-laki sebesar 14,00 dan PPL perempuan sebesar 14,27. Pada variabel terakhit yaitu berwujud (tangible) ditunjukkan bahwa rata-rata kinerja PPL laki-laki menunjukkan penilaian sebesar 8,87 dan PPL perempuan sebesar 6,47. Penilaian petani berdasarkan tingkat kinerja PPL menunjukkan bahwa kinerja PPL laki-laki lebih tinggi jika dibandingkan dengan PPL perempuan. Kinerja PPL pada penelitian ini terbatas pada kehandalan (reliabilitas), tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPL perempuan memiliki tingkat kehandalan, daya tanggap, kepastian dan empati terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan PPL laki-laki, namun pada tingkat wujud kerja PPL laki-laki terlihat lebih tinggi. Terdapat perbedaan yang terlihat signifikan pada variabel kinerja tersebut, yaitu pada variabel tanggap (responsiveness) dengan tingkat signifikansi 0,031 dan variabel berwujud (tangible) dengan tingkat signifikansi 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kinerja PPL perempuan tidak kalah jika dibandingkan dengan tingkat kinerja PPL laki-laki