Pengaruh Komposisi Media Tanam Dan Interval Penyiraman Terhadap Awal Pertumbuhan Bibit Tanaman Jeruk (Citrus sp.)

Main Author: Castrena, Widya
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7378/
Daftar Isi:
  • Jeruk ialah komoditas buah yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan nilai kesehatan yang tinggi karena mengandung nilai gizi seperti vitamin C dan vitamin A. Masalah yang hingga kini masih mempengaruhi produktivitas jeruk ialah penggunaan teknologi budidaya yang kurang optimal. Usaha yang dapat dilakukan adalah penerapan teknologi budidaya khususnya pada tahap pembibitan. Menghasilkan bibit yang berkualitas diantaranya diperlukan media tanam yang tepat sehingga bibit dapat tumbuh dengan baik. Media tanam yang biasa digunakan dalam pembibitan jeruk adalah tanah endapan sungai. Media dengan tekstur pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Penggunaan bahan organik seperti sebuk sabut kelapa dan arang sekam sangat potensial digunakan sebagai tambahan media alternatif. Bahan organik mempunyai sifat remah sehingga udara, air, dan akar mudah masuk dalam tanah dan dapat mengikat air. Air merupakan salah satu komponen fisik yang sangat penting dan diperlukan dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting untuk kelangsungan hidup tanaman tersebut (Maryani, 2012). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari interaksi antara komposisi media tanam dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan bibit tanaman jeruk (Citrus sp.). Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah adanya interaksi antara komposisi media tanam dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan bibit tanaman jeruk (Citrus sp.). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Punten, Balitjestro, Kota Batu, Malang, Jawa Timur pada bulan Maret sampai Juni 2017. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran, tali rafia, polybag, jangka sorong, penggaris, gelas ukur, kamera, bibit jeruk varietas Japansche Citroes (JC), pupuk ZA, NPK, tanah endapan sungai, serbuk sabut kelapa, arang sekam, dan air. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 12 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 36 petak percobaan. Perlakuan yang digunakan ialah komposisi media tanam tanah endapan sungai (M0), Tanah endapan sungai + serbuk sabut kelapa (1:1) (M1), Tanah endapan sungai : arang sekam (1:1) (M2), Tanah endapan sungai : serbuk sabut kelapa : arang sekam (1:1/2:1/2) (M3), interval penyiraman 4 hari sekali (P1), + interval penyiraman 6 hari sekali (P2), dan interval penyiraman 8 hari sekali (P3). Parameter pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, waktu munculnya flush, waktu berubahnya flush menjadi daun dewasa, persentase munculnya flush, jumlah air yang diteruskan pada setiap komposisi media tanam, volume akar, dan panjang akar. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (uji F pada taraf 5%) dan bila hasil uji diperoleh perlakuan yang berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil yang diperoleh bahwa terjadi interaksi antara komposisi media tanam dan interval penyiraman pada parameter waktu munculnya flush, waktu berubahnya flush menjadi daun dewasa dan volume akar. Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit jeruk terdapat pada parameter tinggi tanaman, diameter batang umur, diameter batang umur, dan panjang akar. Pada semua pengamatan menunjukkan bahwa komposisi media tanam tanah endapan sungai + serbuk sabut kelapa (1:1) menunjukkan hasil lebih tinggi dibandingkan komposisi media tanam lainnya. Interval penyiraman terhadap pertumbuhan bibit jeruk terdapat pada parameter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah air yang diteruskan pada setiap komposisi media tanam, dan panjang akar. Berdasarkan variabel yang dipengaruhi tersebut bahwa interval penyiraman 4 hari sekali menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang terbaik dibandingkan dengan interval penyiraman 6 dan 8 hari sekali.