Pengaruh Waktu Penyiangan Gulma Terhadap Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Pada Sistem Olah Tanah Yang Berbeda

Main Author: Rifai, Apreza Pallevi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7275/
Daftar Isi:
  • Kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Sampai saat ini kedelai masih menjadi salah satu komoditas pangan yang sangat penting di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2015) kebutuhan kedelai mencapai 3 juta ton/tahun, sementara produksi kedelai dalam negeri hanya 963.183 ton/tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kedelai adalah penerapan sistem olah tanah. Olah tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman karena dapat menciptakan struktur tanah yang remah, aerase tanah yang baik dan menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu. Pertumbuhan tanaman kedelai tidak luput dari persaingan unsur hara dengan tanaman yang tidak diinginkan seperti gulma. Pengendalian gulma pada lahan budidaya tanaman kedelai sangatlah penting sebab periode kritis tanaman semusim pada umumnya terjadi pada periode 1⁄4 sampai 1/3 umur tanam atau pada fase vegetatif tanaman. Periode kritis akan membawa tanaman bersaing dengan gulma. Salah satu cara untuk mengurangi gulma di tanaman budidaya kedelai yaitu dengan melakukan penyiangan karena mudah dan murah, selain itu juga ramah lingkungan. Oleh sebab itu pada penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh berbagai sistem olah tanah dan waktu penyiangan gulma yang tepat terhadap pertumbuhan gulma dan hasil produksi pada tanaman kedelai. Hipotesis dari penelitian ini adalah penerapan sistem olah tanah konvensional dan penyiangan gulma 3 kali dapat menekan pertumbuhan gulma, meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada tanaman kedelai. Penelitian ini dilakukan di desa Wringinsongo, kecamatan Tumpang, kabupaten Malang. Wilayah dengan ketinggian sekitar ± 597 mdpl yang memiliki suhu rata-rata 200 – 290 C. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari – Mei 2017. Penelitan ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang terdiri dari petak utama yaitu olah tanah dan anak petak yaitu waktu penyiangan gulma. Pada penelitian ini terdapat 12 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga diperoleh 36 petak perlakuan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari cangkul, sabit, meteran, tugal, tali rafia, plastik, timbangan analitik, oven, amplop, Leaf Area Meter (LAM), kamera digital dan kuadran (frame) berukuran 50 cm x 50 cm. Bahan penelitian ini menggunakan benih kedelai varietas grobogan, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk KCL dan herbisida berbahan aktif Isopropilamina Glifosat 486 g/l. Parameter pengamatan tanaman dalam penelitian ini yaitu pengamatan pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan bobot kering tanaman dan untuk pengamatan hasil tanaman meliputi jumlah polong isi tanaman, jumlah polong hampa, bobot polong tanaman dan potensi hasil. Sedangkan pada pengamatan gulma, dilakukan penghitungan jumlah dan identifikasi spesies yang ada pada setiap petak contoh kudrat, lalu dilakukan analisa vegetasi dengan rumus perhitungan yang mengacu pada perhitungan mutlak dan nisbi dari kerapatan, frekuensi, dominansi, serta Summed Dominance Ratio (SDR) setiap spesies ii gulma yang ada pada petak percobaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dilakukan analisi data dengan menggunakan analisi ragam (uji F) dengan taraf 5% untuk mengetahui ada tidaknya interaksi nyata atau pengaruh nyata antar perlakuan. Dilanjutkan dengan menggunakan uji BNT dengan taraf 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil analisis vegetasi gulma yang tumbuh setelah pemberian perlakuan olah tanah dan waktu penyiangan menunjukkan bahwa pada lahan penelitian terdapat 19 jenis gulma. Gulma yang mendominasi pada lahan penelitian yaitu Cyperus rotundus (teki) dengan nilai SDR 17,42 %, Amaranthus spinosus (bayam duri) dengan nilai SDR 13,31 % dan Ageratum conyzoides (babandotan) dengan nilai SDR 12,06 %. Perlakuan olah tanah konvensional yang dikombinasikan dengan perlakuan penyiangan 3 kali mampu menurunkan bobot kering total gulma, meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai meliputi jumlah daun, jumlah polong, jumlah polong isi, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman dan luas daun, serta meningkatkan potensi hasil tanaman kedelai meliputi bobot segar polong, bobot 100 biji dan hasil panen tanaman kedelai jika dibandingkan dengan perlakuan olah tanah minimum dan perlakuan tanpa olah tanah yang dikombinasikan dengan perlakuan penyiangan 1 kali, perlakuan penyiangan 2 kali dan perlakuan tanpa penyiangan.