Politik Identitas Komunitas Dayak Losarang Indramayu
Main Author: | Mario, Fajar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/724/ |
Daftar Isi:
- Komunitas Dayak Losarang sejak kemunculannya telah mengalami berbagai perubahan, yang pada awalnya merupakan perguruan pencak silat, lalu berubah menjadi kebatinan. Perubahan yang terjadi pada Dayak Losarang menandai perubahan identitas budaya mereka. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mencari jawaban atas (a) Bagaimana proses perubahan identitas budaya komunitas Dayak Losarang; (b) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan identitas budaya Dayak Losarang; dan (c) Bagaimana eksistensi Dayak Losarang. Penelitian ini berjenis kualitatif yang dirancang dalam paradigma antropologis dengan metode khas antropologi, yaitu etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi (partisipatif), wawancara mendalam, dan didukung dengan studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori dari Manuel Castells (2010) yaitu legitimizing identity, resistance identity, dan project identity untuk menganalisis perubahan identitas budaya, dan menggunakan konsep kebatinan untuk memahami eksistensi Dayak Losarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan identitas budaya Dayak Losarang mengejawantah pada: perubahan nama komunitas, nama orang, ritual, kepemilikkan KTP, dan pandangan tentang pendidikan formal. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa kehendak Takmad (pendiri Dayak Losarang), perkawinan, prinsip ngawula ning anak rabi, dan kondisi ekonomi keluarga. Sedangkan faktor eksternalnya adalah adanya kontak sosial dengan masyarakat dan kondisi sosial-politik di Indonesia. Secara teoritis, hasil perubahan identitas budaya Dayak Losarang merupakan bentuk dari project identity. Sementara terkait eksistensinya, Dayak Losarang sempat mengalami berbagai penolakan dari beberapa pihak – legitimizing identity. Namun demikian mereka tetap ada dan eksis sebagai sebuah komunitas kebatinan lantaran mereka melakukan politik identitas, atau resistance identity.