Tradisi Petani Suku Using Dalam Bercocok Tanam Padi (Oryza sativa L.) (Kajian Fenomenologi di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi)

Main Author: Prabawati, Rizka Wahyu
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7206/
Daftar Isi:
  • Keragaman budaya di Indonesia sangatlah tinggi, salah satunya dalam hal pola hidup. Aktivitas bercocok tanam merupakan contoh dari pola hidup. Masyarakat dalam mengelola pertanian tidak terlepas dari pengetahuan asli yang terus-menerus diterapkan membentuk sebuah tradisi. Tradisi bercocok tanam dapat berbentuk aturan, kepercayaan, maupun ritual. Tradisi bercocok tanam juga mencerminkan kehidupan sosial masyarakat. Dalam perkembangannya, tradisi bercocok tanam menghadapi tantangan yang cukup berat, yaitu modernisasi pertanian. Suku Using yang berada di Kabupaten Banyuwangi memiliki keragaman budaya tinggi. Kepercayaan, bahasa, kesenian, dan ritual adat lainnya masih dipertahankan oleh komunitas-komunitas adat Using. Masyarakat Using mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Aktivitas bercocok tanam berwujud tradisi mulai penyiapan lahan hingga panen. Pelaksanaan tradisi bercocok tanam padi juga tercermin pada aktivitas sosial masyarakat. Namun, tradisi ini menghadapi tantangan berupa perubahan iklim yang tidak menentu, modernisasi pertanian, sikap realistis dan rasional, dan belum ada kebijakan khusus tentang pelestarian tradisi bercocok tanam di Banyuwangi. Oleh karena itu penting untuk mengetahui makna dan eksistensi tradisi bercocok tanam padi berdasarkan pengalaman petani. Penelitian yang dilakukan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe kajian fenomenologi. Informan dipilih dengan teknik snowball sampling. Sehingga pengumpulan data utamanya dilakukan melalui wawancara mendalam serta didukung dengan kegiatan observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi bercocok tanam padi pada Suku Using merupakan bentuk penghormatan terhadap leluhur dan sebuah keyakinan dari diri petani dalam mengelola pertaniannya agar diberikan keselamatan dan keberhasilan. Ritual sebagai sarana petani untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang dimanifestasikan dalam bentuk Dewi Sri melalui pemberian sesajen dan pengucapan doa. Ritual juga sebagai sarana untuk menciptakan kebersamaan dan kerukunan antar sesama yang ditunjukkan melalui keterlibatan keluarga dan tetangga dalam setiap tahap ritual, baik mulai persiapan hingga pelaksanaan ritual. Keberadaan ritual bercocok tanam padi pada Suku Using, yaitu dhawuhan, labuh nyingkal, labuh tandur, ngrujaki, nyelameti pari, dan labuh nggampung sebenarnya masih ada dan tetap dilaksanakan. Meskipun terdapat perubahan bentuk dan fungsi pada ritual labuh nggampung akibat adanya perkembangan pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian.