Pengaruh Suhu Yang Berbeda Terhadap Perkembangan Embrio Dan Larva Ikan Baung (Mystus Nemurus)

Main Author: Silalahi, Yeni Angela
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7186/
Daftar Isi:
  • Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang kaya dan potensial, baik di wilayah perairan tawar (darat) maupun perairan laut. Salah satu jenis ikan air tawar yang dapat dibudidayakan adalah ikan Baung. Ikan baung merupakan ikan penghuni perairan umum seperti sungai dan dataran banjir di Sumatera dan Kalimantan. Ikan baung terdapat pula di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperi, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura dan Vietnam. Untuk mengantisipasi penurunan ikan baung di alam, telah dilakukan domestikasi yang dilanjutkan dengan pembenihan. Penyediaan benih yang berkualitas, baik dalam jumlah maupun waktu yang tepat merupakan faktor utama untuk menjamin kelangsungan hidup ikan sampai menjadi indukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas benih adalah penetasan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penetasan telur Ikan Baung salah satunya adalah suhu. Suhu merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan tersebut Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorim UPT Balai Benih Ikan Sawangan, Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 3 Juli sampai 3 Agusutus 2017. Metode penelitian yang digunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan suhu (260C, 270C, 280C, 290C, 300C dan 3 kali ulangan. Data hasil penelitian dilakukan uji normalitas data, kemudian dihitung analisa disik ragam, dilanjutkan uji BNT dan terakhir uji polynomial orthogonal. Parameter utama penelitian ini adalah perkembangan embrio, kecepatan menetas, daya tetas telur dan abnormalitas serta kelangsungan hidup larva. Parameter penunjang yaitu pengamatan kualitas air yaitu suhu dan oksigen terlarut. Pengamatan embriogenesis ikan baung dilakukan selama ±24 jam atau 1 hari setelah pembuahan sampai telur menetas. Pada hasil kecepatan menetas dengan nilai rata rata waktu tercepat pada perlakuan E (300C) dengan durasi 24 jam 57 menit, selanutnya pada perlakuan D (290C) dengan durasi 25 jam 40 menit, perlakuan C (280C) dengan durasi 27 jam 10 menit, selanjutnya pada perlakuan B (270C) dengan durasi 28 jam 41 menit, dan perlakuan A (260C) dengan durasi 30 jam 14 menit. Sehingga didapatkan perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan E (300C) dengan persamaan y= 66,873-1,415x dengan koefisien determinasi sebesar R2 = 0,9699 Pada hasil daya tetas telur ikan baung didapatkan nilai daya tetas pada perlakuan E (300C) 74,07%, selanjutnya pada perlakuan D (290C) dengan 71,11%, perlakuan C (280C) dengan 66,66%, selanjutnya pada perlakuan B (270C) dengan 59,26%, dan perlakuan A (300C) dengan 49,62%. Sehingga didapatkan perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan E (300C) dengan persamaan y= 123,72-6,741x dengan R2 = 0,9487, yang berarti bahwa perlakuan suhu yang berbeda mampu memberikan pengaruh terhadap persentase daya tetas telur sebesar 94% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun hasil rerata abnormalitas larva ikan baung yaitu untuk perlakuan A sebesar 3,66%, perlakuan B sebesar 5,73%, perlakuan C sebesar 6,70% dan perlakuan D nilai abnormalitas terendah sebesar 7,32%, dan perlakuan E sebesar 8,43% Hasil rerata nilai kelangsungan hidup larva ikan baung tertinggi diperoleh pada perlakuan A yaitu sebesar 82,83%, sedangkan pada perlakuan B sebesar 8 77,19%, pada perlakuan C sebesar 70,13%, pada perlakuan D sebesar 65,57%, dan pada perlakuan E sebesar 57,23%. Dengan persamaan sebesar nilai y = 246,45 - 6,28x dengan R2 = 0,9609 yang berarti bahwa perlakuan suhu yang berbeda mampu memberikan pengaruh terhadap persentase kelangsungan hidup larva sebesar 96,09% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian yaitu pH berkisar antara 7,9-8,2 dan oksigen terlarut berkisar antara 6,3 – 7,3 ppm. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu bahwa suhu yang berbeda memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kecepatan menetas telur, daya tetas telur, abnormalitas, dan kelangsungan hidup larva. Didapatkan suhu terbaik untuk perkembangan embrio ikan baung adalah pada perlakuan E (suhu 300C), dimana didapatkan waktu penetasan rata-rata 24,57 jam, rata-rata hatching rate sebesar 74,07%. Sedangkan suhu terbaik pada tingkat abnormalitas dan survival rate didapatkan pada perlakuan A (260C), dimana rata-rata tingkat abnormalitas terendah sebesar 3,66% dan rata-rata survival rate terbaik didapatkan pada suhu 280C sebesar 80,95%.