Analisis Status Keberlanjutan Wisata Pantai Sembilan Di Desa Bringsang, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur

Main Author: Firdausyah, Ivoni
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7101/
Daftar Isi:
  • Pariwisata merupakan salah satu jenis dari industri yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan handal, dengan menyediakan lapangan kerja, meningkatkan penghasilan dan standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya seperti; kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi. Pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan dan penggerak roda perekonomian tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Pembangunan pariwisata berkelanjutan yakni pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Kabupaten Sumenep mulai mengembangkan sumberdaya alam yang memiliki potensi untuk dijadikan destinasi wisata salah satunya wisata pantai yang ada di Kecamatan Giligenting yakni wisata Pantai Sembilan, wisata ini mulai dibuka untuk umum pada bulan januari tahun 2016, tujuan pembangunan wisata ini yakni untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, dalam pembangunan berkelanjutan yang diperhatikan tidak hanya dimensi ekonomi saja akan tetapi yang sangat penting adalah dimensi ekologi dan dimensi sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui profil wisata pantai sembilan; (2) menganalisis status keberlanjutan wisata pantai sembilan dari lima dimensi keberlanjutan (ekologi, ekonomi, infrastruktur dan teknologi, serta hukum dan kelembagaan); (3) mengindentifikasi faktor yang mempengaruhi indeks keberlanjutan wisata pantai sembilan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Macam dan jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan kuantitatif sedangkan data primer dan data sekunder sebagai jenis data. Data sekunder didapatkan dari berbagai sumber yaitu diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep, dan Kantor kepala Desa Bringsang. Penentuan responden ditentukan dengan teknik stratified sampling dengan jumlah responden sebanyak 45 orang yang terdiri dari kepala Desa Bringsang, pengelola wisata, pelaku usaha, wisatawan atau pengunjung, dan masyarakat sekitar kawasan wisata. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis multidimensional scaling (MDS) dengan pendekatan rapfish, dan analisis leverage. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wisata Pantai Sembilan memiliki nilai indeks keberlanjutan sebesar 15,30 pada skala berkelanjutan 0-100, yang artinya termasuk dalam kategori buruk (tidak berkelanjutan) karena nilai indeks tersebut berada diantara nilai indeks 0-25,00. Hasil indeks keberlanjutan dari lima dimensi keberlanjutan dengan jumlah atribut sebanyak 29 yaitu; (a) dimensi ekologi dalam kategori tidak berkelanjutan dengan nilai indeks sebesar 17,91 dengan jumlah atribut sebanyak 6 dan didapatkan 3 atribut yang sangat mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan yakni penataan kawasan, materi dasar perairan, dan daya dukung kawasan wisata, (b) dimensi ekonomi termasuk dalam kategori tidak berkelanjutan dengan nilai indeks sebesar 14,51 dengan jumlah atribut sebanyak 6 dan didapatkan 3 atribut yang sangat mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan yakni kontribusi sektor wisata terhadap PDRB Kabupaten Sumenep, potensi pasar wisata, dan tingkat kesejahteraan masyarakat, (c) dimensi sosial termasuk dalam kategori tidak berkelanjutan dengan nilai indeks sebesar 15,41 dengan jumlah atribut sebanyak 5 dan didapatkan 2 atribut yang sangat mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan yakni tingkat pendidikan formal dan peran pemerintah daerah, (d) dimensi infrastruktur dan teknologi termasuk dalam kategori tidak berkelanjutan dengan nilai indeks sebesar 13,45 dengan jumlah atribut sebanyak 6 dan didapatkan 3 atribut yang sangat mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan yakni transportasi umum ke lokasi wisata, ketersediaan air tawar, dan infrastruktur telekomunikasi dan informasi. (e) dimensi hukum dan kelembagaan termasuk dalam kategori tidak berkelanjutan dengan nilai indeks sebesar 15,25 dengan jumlah atribut sebanyak 6 dan didapatkan 3 atribut yang sangat mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan yakni koordinasi antar stakeholder, ketersedian peraturan pengelolaan, serta pelaksanaan, pengawasan dan promosi SDA. Hasil indeks keberlanjutan dapat dinyatakan cukup akurat dan dapat dipertanggungjawabkan karena telah memenuhi persyaratan Goodnes of fit yakni nilai stress lebih kecil dari 0,25 dan nilai R-Square diatas 0.90 atau mendekati 1,0. Saran yang dapat diberikan yaitu untuk lembaga akademisi atau pihak perguruan tinggi diharapkan mampu memberikan materi yang lebih luas mengenai status keberlanjutan yang ditinjau dari berbagai macam dimensi, materi analisis data statistik yang lebih banyak dan bervariasi, sedangkan bagi mahasiswa atau peneliti diharapkan meneruskan penelitian mengenai status keberlanjutan dengan menambah atirbut-atribut yang lain. Untuk pengelola wisata nilai indeks keberlanjutan pada wisata tersebut perlu ditingkatkan melalui upaya perbaikan masing-masing atribut pada setiap dimensi terutama pada dimensi infrastruktur dan teknologi pada atribut transportasi umum ke lokasi wisata, untuk kedepannya perlu adanya penentuan jadwal keberangkatan dari kapal motor dan melengkapi alat-alat keselamatan bagi penumpang seperti pelampung. Bagi pemerintah, agar sektor pariwisata lebih berkembang dan tingkat keberlanjutan meningkat maka diharapkan peran pemerintah dan stakeholder sektor pariwisata bersama-sama memperbaiki dimensi yang memiliki nilai paling rendah dalam indeks keberlanjutan yakni pada dimensi infrastruktur dan teknologi, dengan meningkatkan pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana yang dapat mendukung sektor pariwisata.