Keragaman Jamur Endofit Akar Dan Pengaruhnya Terhadap Intensitas Penyakit Karat Daun (Puccinia polysora Underw) Pada Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.)

Main Author: Agustina, Yeni
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/7045/
Daftar Isi:
  • Jagung memiliki peranan penting dalam pembangunan pertanian secara nasional maupun internasional serta terhadap ketahanan pangan dan perbaikan perekonomian. Akan tetapi masih banyak permasalahan dalam budidaya jagung, sehingga membuat produksi jagung rendah. Rendahnya produksi jagung dikarenakan Organisme Penggaung Tanaman (OPT), Salah satu gangguan patogen yang menyebabkan kerugian pada tanaman jagung adalah penyakit karat daun yang disebabkan oleh jamur Puccinia polysora. Jamur menyerang tanaman jagung pada fase pertumbuhan generatif hingga masa panen terutama. Salah satu pengendalian yang dilakukan adalah dengan pemanfaatan jamur endofit sebagai ketahanan induksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAK ( Rancangan Acak Kelompok) dengan Analisis Ragam menggunakan uji lanjut Duncan taraf Kesalahan 5% dan dengan perhitungan Keaneragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) jamur endofit. Pengamatan intensitas penyakit karat daun jagung dilakukan seminngu sekali dimulai pada umur jagung 42 hari setelah tanam hingga 91 hari setelah tanam dengan menggunakan metode skoring, sedangkan untuk panen dilakukan dengan menghitung berat 5 tongkol, berat pipil, rendemen dan berat perplot. Hasil penelitian antara lain jamur Puccinia polysora biasa menyerang daun tanaman jagung ketika tanaman sudah mamasuki fase generatif tanaman hingga panen. Gejala karat daun P. polysora di lapang baru nampak ketika tanaman berumur 27 HST akan tetapi pengamatan secara intensif dilakukan pada umur 42 HST hingga 91 HST. Dengan gejala di tandai adanya bercak kecil berwarna cokelat kemerahan seperti karat pada permukaan daun dan tepung berwarna cokelat kemerahan dari dalam bercak dan gejala penyakit karat ini umumnya muncul setelah terbentuknya bunga jantan (fase generatif). Terdapat 10 varietas tanaman jagung, 5 diantaranya sebagai varietas uji untuk pelepasan varietas baru, sedangkan 5 varietas lain sebagai pembanding. Dari 10 varietas tersebut mengalami serangan penyakit karat daun dengan intensitas penyakit yang berbeda-beda setiap varietasnya. 10 varietas tanaman jagung (BMD57, BMD58, BMD59, BMD60, TF8016, BISI18, DK95, P35, NK212 dan PERTIWI2) yang ditanam tersebut telah terserang penyakit karat daun dengan intensitas penyakit yang kategori ketahanannya tergolong “Agak Tahan”, akan tetapi kategori ketahanan tersebut berubah menjadi “Tahan” ketika dikonversi menjadi nilai Indek gabungan antara indek intensitas penyakit dengan indek produksi, sehingga dengan Kategori ketahanan yang masih terbilang rendah tanaman jagung masih dapat ber produksi. Dari 5 varietas ( BMD58, BMD60, BISI18, DK95 dan PERTIWI2) tanaman jagung yang di ambil untuk dilakukan eksplorasi akar jamur endofit pada tanaman jagung telah menghasilkan 19 Spesies yang masuk ke dalam 7 genus diantaranya Penicillium sp., Trichoderma sp., Colletotrichum sp., Botrytis sp., Chepalosporium sp., Fusarium sp., Curvularia sp. Dari semua jamur endofit yang didapat tersebut nilai Keaneragaman (H’) tergolong Rendah – sedang, Keseragaman (E) tergolong Rendah semua dan Dominansi (C) tergolong Rendah juga hal ini berarti tidak ada yang mendominasi.