Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Saluran Komunikasi Dalam Pengembangan Desa Wisata (Studi Kasus: Desa Wisata Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

Main Author: Anuary, Ika Tiara
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/6870/
Daftar Isi:
  • Menurut World Tourism Organization (WTO) 1995 (dalam Raharjana, 2012), menunjukkan bahwa telah muncul perkembangan pariwisata alternatif yang dipandang lebih menghargai lingkungan dan juga kebudayaan masyarakat lokal. Keberadaan desa wisata di Indonesia saat ini sudah semakin berkembang pesat. Mengacu pada Kementrian Pariwisata (KEMENPAR, 2015), saat ini Di Indonesia terdapat 987 desa wisata. Jumlahnya semakin meningkat sejak pertama diselenggarakan konsep desa wisata pada tahun 2009. Menurut Peraturan Desa Nita Nomor 05 tahun 2014 pasal 14, pengembangan desa wisata dapat diimbangi dengan memperbaiki kelembagaan dan promosi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan bertanggung jawab dalam membangun citra desa sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing. Salah satu cara mempromosikan pariwisata, menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS, 2016), media sosial menjadi salah satu media yang masuk dalam program prioritas dalam peningkatan promosi wisata Indonesia. Salah satu desa wisata yang telah menerapkan promosi melalui media sosial adalah Desa Wisata Gubugklakah. Adanya akses internet, membuat pengelolah mencoba sistem baru yang sesuai dengan perkembangan jaman dalam mempromosikan Desa Wisata Gubugklakah yaitu melalui media sosial Penelitian ini bertujuan untuk (a)Mendeskripsikan potensi dan kendala objek wisata pertanian Desa Wisata Gubugklakah, (b)Mendeskripsikan upaya penyampaian informasi promosi melalui media sosial yang dibuat oleh Desa Wisata Gubugklakah, (c)Menganalisis faktor-faktor yang menghambat dan mendukung penyampaian informasi promosi desa wisata melalui media sosial, (d) Mengevaluasi aktivitas penyampaian informasi terkait promosi wisata melalui media sosial yang ada disana. Penelitian ini sudah dilaksanakan di desa wisata gubugklakah, kecamatan poncokusumo kabupaten Malang, menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Metode penentuan informan yaitu non porbabilitas dengan teknik purposive. Jumlah informan ada 18 orang yang terbagi dalam tiga kelompok yaitu 3 informan kunci, dan 15 informan pendukung yang terdiri dari 5 petani anggota agrowisata dan 10 wisatawan. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Metode analisis menggunakan model interaktif Miles and Hurberman dan analisis penilaian kelayakan Ekowisata. Pengujian keabsaan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan Berdasarkan penilaian pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA 2003), agrowisata apel memenuhi kelayakan sebesar 75% yaitu Daya tarik 32%, Aksesblitas 23%, akomodasi 8%, sarana dan prasarana 12%,untuk upaya promosi menyiapkan Konten media sosial berupa tulisan maupun foto atau video, tidak menyiapkan operator khusus untuk promosi melalui media sosial. Pengelolah ii menyiapkan anggaran untuk kuota internet dan biaya perbaikan fasilitas, sedangkan yang menjadi faktor pendukung promosi melalui media sosial adalah jumlah anggota ladesta, serta faktor penghambat adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia dan jaringan internet yang kurang bagus. Tujuan terakhir terkait evaluasi aktivitas penyampaian informasi promosi wisatawan menilai semua aktivitas mulai dari frekuensi pesan, feedback, gaya pesan, tingkat daya tarik pesan, tingkat keakuratan pesan sudah bagus. Setelah mengevaluasi aktivitas penyampaian informasi terkait promosi, media sosial desa wisata gubugklakah efektif karena telah memenuhi ebutuhan individu wisatawan dan berfungsi dengan baik. Desa wisata gubugklakah telah mempunyai salah satu potensi yang dapat menunjang perkembangan desa wisata yaitu agrowisata apel, dengan melakukan upaya promosi melalui media sosial maka dapat membantu dalam pengembangan, untuk faktor pendukung harsu tetap dipertahankan, sedangkan faktor penghambat perlu adanya perbaikan. Melihat dari evaluasi kegiatan promosi dapat dikatakan pemanfaatan media sosial sebagai saluran promosi yang dilakukan sudah baik karena dapat memenuhi kebutuhan individu wisatawan. Berdasarkan hasil penelitian, rekomendasi dari penulis yakni (a) Pemerintah dapat memberikan memberikan pelatihan mengenai promosi melalui media sosial, (b) Pengelola harus memeperbaiki beberapa kendala terkait komunkasi dengan anggota agrowisata apel, dengan mengadakan pertemuan rutin untuk membahas kerjasama yang terjalin dengan saling bertukar informasi, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik., (c) Pengelola juga harus menggali informasi kepada banyak orang atau tempat yang sudah lebih memahami tentang promosi melalui media social (d) Pengelola sebaiknya menyiapkan operator khusus untuk setiap media sosial.