Analisis Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Tepung Sorgum Pada Agroindustri Di Desa Patihan, Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan
Main Author: | Nurjanah, Alfi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/6830/ |
Daftar Isi:
- Sorgum memiliki prospek yang cerah di Jawa Timur karena lahan yang sesuai cukup luas. Kabupaten Lamongan adalah salah satu daerah penghasil sorgum di Jawa Timur khususnya di kecamatan Babat. Permasalahan utama adalah ternyata sorgum belum menjadi sumber pangan alternatif. Sorgum hanya dijadikan bahan baku pakan ternak ayam dan media tanam untuk jamur. Guna meningkatkan nilai jual sorgum maka agroindustri di Desa Patihan Kecamatan Babat ini melakukan pengolahan biji sorgum menjadi bentuk produk turunan yaitu tepung. Prospek dan potensi pengembangan agroindustri tepung sorgum di kecamatan Babat sangat baik bila di lihat dari ketersediaan bahan baku, namun perlu ditinjau lagi dari beberapa aspek lainnya dalam arti lingkungan internal dan eksternal pada perusahaan. Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) menganalisis nilai tambah dari pengolahan biji sorgum menjadi tepung sorgum (2) Mengidentifikasi kondisi lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) pada agroindustri (3) Merumuskan dan implementasi strategi pengembangan agroindustri. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis. Metode penentuan lokasi dan responden yaitu menggunakan metode purposive dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Alat analisis yang digunakan untuk nilai tambah adalah dengan menggunakan metode hayami, kemudian untuk strategi pengembangan menggunakan matriks IFAS-EFAS, Grand Strategy, SWOT dan QSPM. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengolahan tepung sorgum pada agroindustri kelompok tani di desa Patihan, Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan memberikan nilai tambah tinggi, yaitu sebesar Rp 4.886 dengan rasio nilai tambah 49%. Selanjutnya, faktor kekuatan internal yang dimiliki oleh agroindustri adalah pengelola agroindustri berpengalaman, kualitas tenaga kerja tinggi, permodalan mendukung, memiliki ijin usaha dan produk berkualitas. Sedangkan untuk faktor kelemahan internal adalah produksi belum berkesinambungan, kondisi mesin yang kurang baik untuk produksi, pembukuan belum dilakukan, sistem pemasaran belum maksimal dan penerimaan tidak tetap. Faktor peluang eksternal yaitu bahan baku mudah di dapat, belum ada pesaing, dukungan dari pemerintah, mengikuti perkembangan teknologi, dan bermitra dengan petani. Selanjutnya untuk faktor ancaman eksternal adalah permintaan pasar masih rendah, jaringan pemasaran belum luas, banyak konsumen yang tidak mengenal produk, pertumbuhan ekonomi rendah, dan banyak produk subtitusi. Alternatif strategi yang dapat di terapkan pada agroindustri adalah memperluas jangkauan pemasaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan volume penjualan dan meningkatkan kuantitas dan kontinuitas produk untuk meningkatkan volume penjualan.