Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Bunga Krisan Di Desa Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu

Main Author: Putri, Rachma Bhuwana
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/6824/
Daftar Isi:
  • Desa wisata merupakan program khusus untuk menjadikan potensi pertanian Kota Batu sebagai salah satu objek wisata. Hadirnya sembilan desa wisata yang ada di Kota Wisata Batu dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat, merupakan bukti bahwa objek wisata berbasis pertanian berupa desa wisata merupakan suatu keunikan yang layak jual. Desa Sidomulyo merupakan salah satu kawasan di Kota Batu yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan juga penjual bunga. Karena terkenal akan lokasinya yang strategis dan ditunjang dengan udara yang sejuk, menjadikan Kawasan Wisata Bunga Sidomulyo cocok untuk membudidayakan berbagai macam tanaman hias, bunga potong dan juga bibit buah – buahan (Khabib, 2015). Krisan dan Mawar adalah dua tanaman bunga umum yang banyak dibudidayakan di Kota Batu. Sentra produksi krisan adalah Desa Bumiaji dan Desa Sidomulyo. Bunga krisan yang mampu bertahan cukup lama setelah dipotong menjadikan bunga ini banyak dimanfaatkan untuk hiasan dan dekorasi. Tak heran jika sebagian petani di Kota Batu mulai banyak yang membudidayakan jenis bunga ini (Hidayat, 2013). Sebagai Kota Wisata, geliat tanaman hias tidak kalah dengan tanaman sayuran dan buah-buahan. Diantara jenis tanaman hias yang paling banyak diusahakan adalah mawar, krisan, anturium, dan anggrek. Produksi mawar pada tahun 2012 adalah 8,8 juta potong, mengalami kenaikan pada tahun 2014 yaitu mencapai 29,6 juta potong. Anturium mengalami sedikit kenaikan produksi pada tahun 2014 yaitu mencapai 532 ribu potong dari tahun sebelumnya 517 ribu potong. Bunga anggrek juga mengalami kenaikan dari 813 ribu potong menjadi 908 ribu potong pada tahun 2014. Produksi bunga krisan pada tahun 2014 juga mengalami kenaikan yang cukup besar dari 22,8 juta potong pada tahun 2013 naik menjadi 27,4 juta potong (BPS, 2015). Permasalahan yang dirumuskan adalah: (1) Berapa besar biaya penerimaan dan biaya pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani bunga krisan; (2) Apakah usahatani bunga krisan layak diusahakan untuk kedepannya. Sehingga tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui besar biaya penerimaan dan biaya pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani bunga krisan; (2) Mengetahui kelayakan usahatani bunga krisan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu. Metode penentuan lokasi penelitian yang dilakukan secara (purposive) di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu. Metode pengambilan sampel untuk penelitian ini secara sensus dimana seluruh anggota kelompok tani Mulyo Joyo yang masih aktif di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu dijadikan sebagai responden penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1) Wawancara dan kuisioner; (2) Observasi; (3) Studi kepustakaan; (4) Dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan ii meliputi: (1) Analisis deskriptif; (2) Analisis Kuantitif yang terdiri dari: (a) Analisis biaya produksi usahatani bunga krisan; (b) Analisis penerimaan usahatani bunga krisan; (c) Analisis pendapatan usahatani bunga krisan, (3) Analisis kelayakan usahatani (R/C ratio). Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa: (1) Total biaya rata-rata produksi per musim tanam per hektar sebesar Rp. 20.829.853,26. Pengeluaran tertinggi dalam biaya produksi usahatani bunga krisan adalah untuk pembayaran biaya pengairan, hal ini disebabkan karena proses pengairan pada usahatani bunga krisan di Desa Sidomulyo tidak sepenuhnya dengan mengambil dari sumber mata air namun juga dengan menggunakan pompa air masing-masing petani yang telah mengusahaka bunga krisan. (2) Total penerimaan per musim tanam per hektar yang diperoleh petani adalah Rp. 26.270.021.74. (3) Total Pendapatan per musim tanam per hektar yang diperoleh adalah Rp. 5.440.168,48. (4) Dari hasil analisis data dengan menggunakan analisis R/C ratio diperoleh nilai 1,26. Artinya setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan akan mampu menghasilkan penerimaan sebesar 1,26. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani bunga krisan layak/menguntungkan. Saran yang dapat diberikan adalah: (1) Perlu adanya sosialisasi untuk penambahan petani yang berusahatani bunga krisan dan perluasan lahan bunga krisan dikarenakan tanaman bunga krisan memiliki tingkat harga yang tinggi dan akan menghasilkan keuntungan yang tinggi. (2) Masing – masing petani sebaiknya memiliki kemampuan untuk pembibitan sendiri dalam melakukan usahatani bunga krisan sehingga para petani mampu menekan biaya produksi yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Semakin sedikit biaya produksi yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani maka pendapatan yang dihasilkan akan semakin tinggi pula, dengan asumsi hasil produksi dan harga jual produk konstan. (3) Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu belum menganalisis tingkat kepekaan usahatani krisan terhadap perubahan harga input maupun output. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya terkait usahatani krisan diharapkan dapat mengkaji lebih luas lagi mengenai kelayakan usahatani bunga krisan di Desa Sidomulyo dengan mengulas lebih lanjut permasalahan tentang analisis finansial usahatani bunga krisan dan analisis sensitivitas/kepekaan usahatani bunga krisan terhadap perubahan biaya, harga jual produk dan jumlah produksi.