Fitoremediasi Air Tercemar Tembaga (Cu) Menggunakan Salvinia molesta Dan Pistia stratiotes Serta Pengaruhnya Terhadap Budidaya Tanaman Brassica rapa
Main Author: | Baroroh, Fatihah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/6694/ |
Daftar Isi:
- Industri elektroplating merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah cair yang berbahaya. Limbah elektropleting di Kotagede mengandung Cu sebesar 84,9350 mg/L yang melebihi ambang batas limbah elektropleting yaitu sebesar 0,6 mg/L. Limbah cair di industri elektropleting langsung dibuang ke sungai sehingga dapat menimbulkan dampak negatif. Maka dari itu diperlukan suatu upaya penanggulangan yaitu dengan fitoremediasi. Dalam upaya pemanfatan tumbuhan akuatik untuk meremediasi air tercemar logam berat tembaga (Cu) maka dilakukan percobaan dengan menggunakan tumbuhan akuatik yaitu Kiambang (Salvinia molesta) dan Kayu apu (Pistia stratiotes). Kemudian air yang telah dilakukan fitoremediasi akan disiramkan ke tanaman budidaya Pakcoy (Brassica rapa). Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui efektifitas tumbuhan akuatik Kiambang (Salvinia molesta) dan Kayu apu (Pistia stratiotes) dalam menurunkan kandungan logam berat tembaga (Cu) pada 2 konsentrasi logam yang berbeda. Serta mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman Pakcoy (Brassica rapa) yang disirami air tercemar Cu pasca fitoremediasi dan mengetahui potensi toksisitas air tercemar Cu pasca fitoremediasi terhadap tanah dan tanaman Pakcoy. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Raya Purwodadi pada Maret s/d Juli 2017. Uji laboratorium dilakukan di laboratorium kimia tanah FP UB dan laboratorium kimia FMIPA UB. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap fitoremediasi dan tahap aplikasi air pasca fitoremediasi pada tanaman budidaya. Pada kedua tahap penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut antara lain (1) Tanpa tanaman dengan konsentrasi Cu sebesar 2 ppm, (2) Tanpa tanaman dengan konsentrasi Cu sebesar 5 ppm, (3) Tanaman Salvinia molesta dengan konsentrasi Cu 2 ppm, (4) Tanaman Salvinia molesta dengan konsentrasi 5 ppm, (5) Pistia stratiotes dengan konsentrasi Cu 2 ppm dan (6) Tanaman Pistia stratiotes dengan konsentrasi Cu sebesar 5 ppm. Parameter yang digunakan untuk tanah dan air yaitu pH dan kandungan logam berat Cu, untuk tumbuhan akuatik yaitu berat basah, berat kering, perubahan kenampakan fisik tanaman dan kandungan logam berat pada tajuk dan akar tumbuhan akuatik, sedangkan untuk tanaman budidaya yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, perubahan fisik tanaman, berat basah, berat kering serta kandungan Cu pada tajuk dan akar. Analisis data menggunakan ANOVA dengan taraf kesalahan 5% kemudian diuji lanjut BNJ menggunakan aplikasi DSAASTAT. Berdasarkan hasil RFT didapatkan konsentrasi yang digunakan adalah 2 pm dan 5 ppm. Tumbuhan akuatik Pistia stratiotes mampu menurunkan logam berat Cu pada konsentrasi 2 ppm sebesar 94% dan 5 ppm sebesar 90% namun tanaman Pistia stratiotes mengalami kerusakan berupa klorosis dan nekrosis pada kedua konsentrasi, sedangkan pada tumbuhan akuatik Salvinia molesta mampu menurunkan logam berat Cu sebesar 96% pada konsentrasi 2 ppm dan 95% pada 5 ppm tanpa terjadi kerusakan. Selain itu adanya perlakuan fitoremediasi mampu mempengaruhi nilai pH air dan tanah. Aplikasi air pasca fitoremediasi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Pakcoy. Tanaman Pakcoy juga mampu mengakumulasi logam berat Cu dalam akar maupun tajuk tanaman. Nilai kandungan ii logam berat Cu dalam akar dan tajuk tanaman Pakcoy berada di atas ambang batas logam Cu dalam sayuran, sehingga sangat berbahaya apabila dikonsumsi oleh manusia. Hal itu juga ditunjukkan dengan pengamatan morfologi tanaman Pakcoy yang menunjukkan bahwa tanaman mengalami kerusakan berupa klorosis dan nekrosis dikarenakan terjadi toksisitas oleh logam berat Cu.