Analisis Struktur, Perilaku Dan Kinerja Pasar Bawang Merah Lokal Di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang
Main Author: | Nainggolan, Brian Lampa Ganda |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/6640/ |
Daftar Isi:
- Bawang merah lokal merupakan salah satu komoditas hortikukultura yang banyak dibudidayakan petani Indonesia karena permintaannya yang tinggi. Pemasaran bawang merah lokal pada umumnya melalui beberapa saluran pemasaran yang melibatkan beberapa lembaga pemasaran sampai akhirnya dapat dijangkau oleh konsumen. Kondisi serupa juga terjadi di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, meskipun sebagai salah satu daerah sentra produksi bawang merah lokal, akan tetapi masih terdapat kendala pada saat melakukan pemasaran. Petani di Desa Banjarejo tidak memiliki banyak pilihan dalam memasarkan hasil panennya, biasanya hasil panen akan langsung dijual kepada tengkulak desa. Hal ini kemudian akan memperkuat posisi tawar pedagang tengkulak, karena harga jual hasil panen bawang merah lokal menjadi tergantung dengan lembaga pemasaran. Keterbatasan petani dalam mengakses informasi harga bawang merah lokal di pasaran menjadikan petani tidak memiliki bekal untuk melakukan tawar-menawar harga dengan tengkulak desa. Petani sudah merasa cukup puas apabila harga yang diterima dari tengkulak sudah berada sedikit di atas biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidayanya. Jika petani mengetahui informasi pasar bawang merah lokal dan melakukan proses pemasaran bawang merah secara berkelompok, petani mungkin akan memiliki peluang yang lebih kuat dalam posisi tawar sehingga harga yang diterima petani berpotensi lebih besar dari yang ditawarkan tengkulak. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis struktur pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo; 2) menganalisis perilaku pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo; dan 3) menganalisis kinerja pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive, dengan alasan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra penghasil bawang merah lokal untuk wilayah Kabupaten Malang. Penentuan responden petani bawang merah lokal dilakukan menggunakan probability sampling dengan pengambilan contoh melalui metode simple random sampling dimana pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Untuk menganalisis struktur pasar dilakukan pengukuran terhadap derajat konsentrasi dengan alat analisis yaitu market share, IH, CR4, koefisien gini, dan indeks rosenbulth, barrier to entry, pengetahuan pasar serta diferensiasi produk. Untuk menganalisis perilaku pasar dilakukan analisis terhadap penentuan harga, kelembagaan pemasaran, promosi penjualan, tindakan predatory dan fungsi pemasaran yang dilakukan. Untuk menganalisis kinerja pasar dilakukan analisis terhadap marjin pemasaran, share harga petani, share biaya pemasaran, share keuntungan, R/C ratio dan indeks efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo memiliki kecenderungan yang merujuk pada struktur pasar oligopoli. Adapun ciri-cirinya: 1) konsentrasi pasar didominasi lembaga pemasaran bawang merah lokal yang mengarah pada struktur pasar oligopoli; 2) ii belum ada hambatan untuk masuk pasar yang cukup berarti bagi seluruh lembaga pemasaran bawang merah lokal; 3) pengetahuan pasar yang dimiliki petani bisa dikatakan rendah karena sifat petani yang tidak mau repot dan ingin langsung mendapat keuntungan dari hasil panennya tanpa peduli dengan keuntungan yang akan diterima oleh pedagang dan kemana nantinya hasil panennya dipasarkan, sedangkan pedagang bawang merah lokal di Desa Banjarejo memiliki akses yang lebih mudah terhadap informasi pasar meliputi informasi harga, ketersediaan, lokasi pemasaran serta informasi mengenai permintaan dan penawaran pasar terhadap bawang merah lokal; 4) bentuk bawang merah lokal yang dipasarkan secara umum tidak memiliki diferensiasi produk cukup berarti. Perilaku pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo yang terbentuk yaitu: 1) penentuan harga jual bawang merah lokal di tingkat petani lebih dikuasai oleh tengkulak, sedangkan pada tingkat tengkulak proses penentuan harga ditentukan berdasarkan proses tawar-menawar dengan pelanggan; 2) kelembagaan yang terbentuk diantara lembaga pemasaran bawang merah lokal di Desa Banjarejo tidak berupa struktur organisasi dan tidak memiliki aturan yang berarti. Kelembagaan ini dimunculkan dalam bentuk kesepakatan yang secara tidak langsung diputuskan. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran bawang merah lokal di Desa Banjarejo yaitu petani, tengkulak, pedagang besar dan pedagang pengecer. Terdapat tiga saluran pemasaran bawang merah lokal di Desa Banjarejo, dimana seluruh petani tidak menjual bawang merah lokal langsung ke pasar melainkan melalui pedagang yang mendistribusikan bawang merah lokal sampai ke konsumen di pasar; 3) pemasaran bawang merah lokal baik dari pihak petani maupun lembaga pemasaran tidak ada yang melakukan promosi penjualan produk; 4) tengkulak melakukan kolusi dalam menentukan harga bawang merah lokal di tingkat petani karena memiliki daya tawar yang lebih kuat dibanding petani dan informasi pasar yang lebih luas dibanding petani; dan 5) petani produsen bawang merah lokal melakukan fungsi penjualan, pengemasan dan transportasi, sedangkan seluruh responden pedagang melakukan fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Kinerja pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo menghasilkan marjin pemasaran, share harga yang diterima petani, share biaya pemasaran dan keuntungan, R/C ratio,serta MEI (marketing eficiency index) yang bervariasi antara lain yaitu: 1) marjin pemasaran yang terendah dimiliki oleh saluran pemasaran I, dengan distribusi marjin sebesar 100% di pihak tengkulak; 2) share harga yang diterima petani paling tinggi berada pada saluran I; 3) nilai rata-rata share biaya paling tendah dimiliki oleh pedagang besar; 4) share keuntungan tertinggi dimiliki tengkulak pada saluran pemasaran I; 5) R/C ratio tertinggi dimiliki oleh pedagang besar pada saluran pemasaran III; 6) nilai MEI tertinggi dimiliki oleh saluran pemasaran I. Penelitian lebih lanjut juga dibutuhkan dalam menganalisis lembaga penentu harga (price maker) bawang merah lokal di pasar nasional. Bila memungkinkan aturan mengenai pembentukan harga dasar dan harga atap bawang merah lokal diberlakukan untuk melindungi petani dan menjaga stabilitas harga di pasaran.