Perbedaan Tuturan Tawar-Menawar Laki-Laki dan Perempuan di Pasar Raya Mojosari Mojokerto (Analisis Sosiolinguistik)

Main Author: Firdaus, Toriqoh Ningratul
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/663/1/Toriqoh%20Ningratul%20Firdaus.pdf
http://repository.ub.ac.id/663/
Daftar Isi:
  • Tawar-menawar biasa terjadi di pasar tradisional, salah satunya di Pasar Raya Mojosari, pasar terbesar di Mojokerto. Negosiasi dilakukan penjual dan pembeli untuk memperoleh harga yang disepakati. Bahasa yang diujarkan dalam proses tawar-menawar tidak lepas dari faktor sosial yang memengaruhi terbentuknya pola tutur, salah satunya gender. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengungkap bagaimana pengaruh gender terhadap proses tawar-menawar dan bagimana perbedaan proses tawa-menawar pada laki-laki dan perempuan. Fokus penelitian terdapat pada (1) struktur teks tawar-menawar, (2) pemarkah linguistik (jenis kalimat, diglosia, dan partikel) yang digunakan masyarakat pasar, serta (3) perbedaan bahasa tawar-menawar laki-laki dan perempuan. Penelitian ini adalah penelitian etnografi dengan teknik pengambilan data simak libat cakap. Analisis menggunakan metode padan sehingga dapat diketahui kontras bahasa laki-laki dan perempuan. Struktur teks tawar-menawar di pasar tradisional berbeda dengan teks perdagangan di barat dan toko modern lainnya. Teks tawar-menawar memiliki struktrur unik, yakni Krb (keakraban) dan Prt (pertimbangan) yang menjadi ciri khas bahasa di pasar. Kedua struktur unik tersebut sangat sering terjadi, terutama pada perempuan. Selanjutnya, jenis kalimat yang digunakan masyarakat pasar cenderung beruas –contohnya satu kalimat digunakan untuk bertanya dan memerintah— sehingga kalimat tersebut berfungsi ganda. Penutur perempuan cenderung mengguakan jenis kalimat tanya, menginginkan, dan mengharapkan. Sedangkan laki-laki menggunakan kalimat yang bersifat menyatakan, memerintah, dan mengharuskan. Keberadaan tingkat tutur dalam Bahasa Jawa membuat dua kode digunakan secara bersamaan di pasar. Seorang penutur cenderung menggunakan ragam Jawa ngoko saat bermitra tutur laki-laki. Sebaliknya, saat mitra tutur adalah perempuan, ragam yag digunakan adalah Jawa kromo. Penutur perempuan menggunakan jenis partikel lebih banyak dari laki-laki. Berdasarkan analisis struktur dan pemarkah linguistik tersebut, perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan dalam proses tawar-menawar terdapat pada (1) sifat hal yang dibicarakan, (2) sikap terhadap kesantunan berbahasa, (3) kekatifan bertutur di ranah publik, (4) minat bertanya, (5) jumlah hal yang dibicarakan, dan (6) kontak mata saat berhadapan dengan lawan tutur.