Pengaruh Penerapan Pengelolaan Hama Terpadu Terhadap Intensitas Serangan Nilaparvata lugens Dan Populasi Musuh Alaminya Pada Tanaman Padi Lahan Kering
Main Author: | Handayani, Iche |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/6609/ |
Daftar Isi:
- Tanaman padi adalah tanaman pangan berupa rumput berumpun yang merupakan tanaman pokok penghasil yang dibutuhkan tubuh manusia sebagai sumber energi berupa karbohidrat. Peningkatan produksi padi di Indonesia masih dititikberatkan pada pelaksanaan intensifikasi padi sawah, sedangkan peningkatan produksi padi lahan kering belum sepenuhnya dilakukan. Budidaya padi pada lahan kering tanpa olah tanah dapat menjadi salah satu alternatif dalam peningkatan produksi padi di Indonesia. Terdapat beberapa kendala dalam peningkatan produksi padi lahan kering, yaitu serangan hama dan penyakit. Salah satu hama penting pada tanaman padi adalah wereng batang coklat Nilaparvata lugens Stal. (Homoptera: Delphacidae). Wereng batang coklat sering mengakibatkan gagal panen karena jumlah populasinya yang cukup tinggi. Sampai saat ini pengendalian N. lugens masih bertumpu pada penggunaan pestisida yang intensif dengan sistem pertanian yang konvensional. Pengendalian yang baik untuk mengatasi N. lugens adalah dengan melihat kembali ciri dan sifat ekosistem pertanian serta dengan pertimbangan ekonomi. Alternatif pengendalian yang lebih aman dari penggunaan pestisida, maka berkembanglah konsep pengelolaan hama terpadu (PHT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan PHT dan konvensional pada tanaman padi lahan kering terhadap intensitas serangan N. lugens dan populasi musuh alaminya. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2013 sampai dengan Maret 2014 di lahan pertanian milik masyarakat di Desa Babat Kumpul, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan. Metode yang dilakukan yaitu dengan menanalisi tanah padah lahan PHT untuk mengetahui kebutuhan pupuknya. Pengamatan terdiri dari tiga peameter yaitu, intensitas serangan, populasi musuh alami, dan petumbuhan tanaman, yang diamati pada fase vegetatif dan generatif. Intensitas serangan N. lugens diamati dengan menetapkan tanaman contoh masing-masing sebanyak 20 rumpun pada lahan PHT dan konvensional. Tanaman contoh yang dipilih merupakan tanaman yang sehat dan bukan tanaman pinggir. Pengamatan populasi musuh alami dilakukan dengan menggunakan metode relatif yaitu dengan pemasangan perangkap. Perangkap yang digunakan yaitu lubang perangkap, perangkap panci kuning, dan jaring ayunan. Pertumbuhan tanaman yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan. Hasil produksi yang diamati adalah bobot basah dan bobot kering gabah. Intensitas kerusakan tanaman padi akibat serangan N. lugens pada lahan PHT hanya terjadi sebesar 1,98 %, sedangkan intensitas kerusakan tanaman padi pada lahan konvensional terjadi sebesar 5,78% yang termasuk dalam skala kerusakan ringan. Intensitas serangan N. lugens pada lahan konvensional lebih tinggi dari pada lahan PHT, dikarenakan pengaplikasian pestisida sehingga meyebabkan resistensi dan resurgensi. Rerata populasi predator pada lahan PHT ii lebih tinggi (1,77 individu) dibandingkan pada lahan konvensional (0,67 individu). Rerata populasi parasitoid pada lahan PHT lebih tinggi (2,22 individu) dibandingkan pada lahan konvensional (0,85 individu). Hal ini dikarenakan pada lahan PHT tersedia habitat bagi musuh alami beupa gulma dan rumput sebagai sumber pakan, tempat berlindung, dan tempat berkembangbiak. Rata-rata tinggi tanaman padi pada lahan PHT lebih tinggi (78,4 cm) dibandingkan dengan tinggi tanaman padi pada lahan konvensional (75,45 cm). Jumlah daun pada lahan konvensional lebih banyak (91,61 helai) dari pada lahan PHT (78,67 helai). Ratarata jumlah anakan padi pada lahan PHT lebih banyak (11,15) dibandingkan dengan jumlah anakan padi pada lahan konvensional (9,89). Hal ini dikarenakan pengaruh pengaplikasian pupuk kandang pada lahan PHT sehingga tersedia unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Hasil produksi padi yang diperoleh pada lahan PHT dan konvensional berbeda. Pada lahan PHT menghasilkan bobot basah padi sebanyak 6,44 ton/ha, sedangkan pada lahan konvensionl sebanyak 6,3 ton/ha. Hasil bobot kering padi pada lahan PHT sebanyak 5,88 ton/ha, sedangkan pada lahan konvensional sebanyak 5,59 ton/ha. Penerapan budidaya padi secara PHT lebih baik dibandingkan secara konvensional. Penelitian lebih lanjut tentang penerapan penggelolaan hama terpadu pada tanaman padi lahan kering untuk mencegah terjadinya ledakan hama dan penyakit masih perlu dilakukan.