Kajian Berbagai Bahan Dan Tingkat Susunan Modul Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Dalam Pola Vertikultur Modul Bertingkat

Main Author: Akbar, Mohammad Fani
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/6604/
Daftar Isi:
  • Cabai rawit merupakan tanaman sayuran yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2015), produksi cabai rawit di Jawa Timur pada tahun 2015 ialah 227,49 ribu ton yang mengalami penurunan sebesar 16,55 ribu ton atau -6,78% dibandingkan produksi 2012 yang mencapai 244,04 ribu ton. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya produksi cabai rawit adalah cara budidaya yang belum benar, kesuburan lahan maupun keterbatasan lahan pertanian. Semakin sempitnya lahan produktif khususnya di daerah perkotaan tentunya menuntut adanya suatu cara untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan terbatas tersebut agar tetap produktif, salah satunya budidaya tanaman dengan sistem vertikultur. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari bahan dan tingkat susunan modul vertikultur yang efisien untuk mendapatkan produktivitas cabai rawit (Capsicum frutescens L.) optimal. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah bahan modul yang berbeda membutuhkan tingkat susunan modul yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Jl. Suropati Gang 17, Ds Pesanggrahan, Kec. Batu, Kota Batu pada bulan Oktober – Desember 2015. Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah penggaris, kamera Nikon, Leaf Area Meter, timbangan dan oven. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman cabai rawit varietas Dewata F1, media tanam (tanah, sekam, dan pupuk kandang). Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diulang sebanyak 3 kali. Petak utama adalah bahan modul vertikultur, yaitu bambu, sterofoam, talang air PVC. Anak petak adalah tingkat susunan modul vertikultur, yaitu 3 tingkat, 5 tingkat, 7 tingkat. Setiap modul dibuat dengan ukuran panjang 1m dengan volume tempat media tanam dibuat mendekati sama seperti modul talang air yang mempunyai dimensi lebar 12 cm dan tinggi 11 cm. Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan mengambil 2 tanaman contoh untuk setiap komponen perlakuan (tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun), komponen hasil + panen (jumlah buah, bobot segar buah dan bobot kering), komponen pertumbuhan + hasil dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst + panen. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (phonska) yang diberikan pada hari ke-14, 21, dan 35 hari setelah tanam (HST). Dosis pupuk 300 kg NPK per ha atau sekitar 3 gram per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang telah dilakukan pengamatan jumlah daun, luas daun, jumlah buah, dan bobot segar memiliki pengaruh berbeda nyata. Pengamatan tinggi tanaman dan bobot kering petak utama memiliki pengaruh tidak berbeda nyata. Dapat diangkat suatu kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh bahan, modul dan tingkat terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 15 dan 60 HST, demikian juga tidak terdapat pengaruh bahan modul terhadap berat kering buah. Terdapat interaksi modul dan tingkat terhadap pertumbuhan jumlah daun pada umur 30 dan 45 HST, luas daun, jumlah buah, iii bobot segar buah per tanaman Sterofoam 5, sterofoam 7 dan talang air PVC 7 tingkat memiliki bobot segar dan bobot segar buah per m2. Penggunaan modul sterofoam 5 dan 7 tingkat serta talang PVC 7 tingkat menghasilkan bobot buah segar per ton dan per m2 yang lebih tinggi daripada perlakuan lain.