Evaluasi Program Pertanian Organik Kota Wisata Batu (Studi Kasus Petani Sawi Putih, Wortel, Kentang, Brokoli, Lobak dan Jamur di Desa Sumber Brantas dan Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)

Main Author: Insani, Laily Rachmah
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/6498/
Daftar Isi:
  • Efek kerusakan lingkungan akibat penggunaan bahan kimia dapat dikurangi dengan pertanian organik, Menurut Watimena (2014) pertanian organik merupakan sistem produksi holistik yang dibentuk untuk mengoptimalkan produktivitas dan kemampuan dari bermacam komunitas dalam agroekosistem, termasuk organisme tanah, tanaman, ternak, dan manusia dengan tujuan utamanya adalah mengembangkan usaha produktif yang berkelanjutan dan sejalan dengan lingkungan. Mengacu pada fenomena tersebut pemerintah menggalakan program pertanian organik yang dikenal dengan “Go Organic 2010” guna menanggulangi efek dari penggunaan bahan kimia sintetis yang merusak lingkungan, tujuan dari program tersebut adalah agar Indonesia dapat menjadi sentra produksi pertanian organik terbesar di dunia. Desa Sumber Brantas dan Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji Kota Batu merupakan desa yang menjadi anggota kawasan organik program Batu Go Organik . Program masuk di antara tahun 2011 dan 2012 dengan memiliki luasan target lahan organik minimal 10 hektar per tahun. Komoditas yang ditanam di Desa Sumber Brantas adalah Sawi Putih, Wortel, kentang, Lobak, sedangkan pada Desa Tulungrejo komoditas yang ditanam ialah wortel, Sawi Putih, kentang, jamur dan Kale. Petani memilih komoditas tersebut karena kecocokan iklim serta selama ini sayur tersebut diminati masyarkat . Di Kota Batu sendiri masih jarang ditemui petani organik, sehingga mereka mencoba untuk menanam komoditas tersebut secara organik. Namun pada kenyataannya hingga saat ini belum semua petani berhasil 100% menggunakan sistem pertanian organik meski selama ini Dinas Pertanian Kota Batu memberikan bantuan saprodi dan alat pendukung pertanian organik serta pembinaan pertanian organik. Pestisida kimia dan bahan anorganik lainnya masih digunakan dalam lahan percontohan pertanian organik. Selain itu pemasaran produk organik juga menjadi masalah utama, dimana petani tidak memiliki akses pasar organik. Kendala tersebut dapat menyebabkan keberlanjutan program bahkan pertanian organik mengalami kemunduran. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan proses pemberian bantuan yang meliputi variabel bantuan saprodi, bantuan alat pembuatan agens hayati dan alat pembuatan pupuk organik padat, sedangkan adalah pembinaan meliputi variabel sosialisasi, pemilihan komoditas, pemasaran dan yang terakhir adalah variabel keberlanjutan program. Selanjutnya data dianalisis menggunakan skala likert. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, penyebaran kuisioner, dokumentasi, kajian pustaka dan wawacara dengan key informan, sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan ketua gapoktan dan penyuluh. Pedekatan yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian adalah analisis deskriptif. ii Hasil dari penelitan adalah proses pemberian bantuan Pada proses pemberian bantuan saprodi Sumber Brantas lebih unggul dari Tulungrejo dengan skor 79,5% dan 75,1% . untuk bantuan alat pembuatan agens hayati Sumber Brantas lebih unggul dair Tulungrejo dengan persentase 98,2 % dan 98,1%. Sedangkan untuk bantuan alat pembuatan pupuk organik hanya Desa Sumbe Brantas yang menerima dan mendapat skor 99%. Pembinaan program. Pada askpek sosialisasi Tulungrejo lebih unggul dari Sumber Brantas dengan skor 99,5% dan 99,2 %. Aspek hasil dan pemasaran Tulungrejo lebih unggul dari Sumber Brantas dengan skor 67,5 % dan 60,29%. Aspek pemilihan komoditas mendapat respon sangat setuju, Sumber Brantas lebih unggul dari Tulungrejo dengan skor 97,7% dan 96,1%. keberlanjutan pelaksanaan program mendapat respon sangat setuju , di Desa Sumber Brantas lebih unggul dari Tulungrejo dengan skor sebesar 91,3% dan 90,5% dengan kategori sangat setuju. Namun disisi lain masih ada beberapa petani yang ragu untuk mengikuti program dan bercocoktanam organik akibat pasar yang masih tidak jelas. Proses pemberian bantuan hendaknya lebih disederhanakan sehingga tidak perlu menunggu satu tahun hingga dapat diberikan ke petani, dalam pembinaan program perlu ditambah lagi penyuluhnya, karena satu PPl untuk beberapa desa tidak lah cukup serta pembinaan pada pemasaran perlu diberikan. Program perlu untuk dilanjutkan dengan perbaikan pada proses administrasi yang sederhana serta pendampingan yang lebih intensif.