Penerapan Algoritma Van Hengel Dan Spitzer Untuk Estimasi Kedalaman Laut Dari Data Landsat 8 (Studi Kasus: Perairan Asem Bagus, Situbondo)
Main Author: | Al Farisyi, Fiqri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/6482/ |
Daftar Isi:
- Informasi kedalaman suatu perairan laut merupakan suatu informasi penting bagi semua kegiatan yang berlangsung di perairan laut. Informasi kedalaman dibutuhkan dalam berbagai kegiatan baik di bidang perikanan misalnya untuk memprediksi keberadaan ikan-ikan demersal tertentu, maupun di bidang pelayaran seperti untuk acuan navigasi. Upaya-upaya untuk mendapatkan informasi batimetri cukup beragam. Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang penginderaan jauh, sensor pasif dari satelit penginderaan jauh diketahui mampu menangkap karakteristik objek-objek yang terhalang oleh badan air hingga kedalaman tertentu. Keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan estimasi batimetri suatu perairan hingga kedalaman tertentu. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kedalaman perairan Kecamatan Asem Bagus dari hasil pengambilan data insitu dan dari hasil pengolahan data citra satelit Landsat-8. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan data estimasi kedalaman dari citra satelit Landsat-8 dalam memprediksi nilai kedalaman yang sebenarnya. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 April 2017 hingga 27 Juli 2017. Lokasi penelitian ini adalah kawasan perairan laut Kecamatan Asem Bagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Dengan metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan pola bentuk dasar perairan Asem Bagus berdasarkan dari data citra Landsat-8 yang diinterpretasikan dengan cara menerapkan Algoritma Transformasi Rotasi yang dikembangkan oleh Van Hengel dan Spitzer (1991). Serta dilakukan analisis terhadap data penginderaan jauh tersebut untuk menilai kelayakan serta kemampuan data tersebut dalam menjelaskan data kedalaman yang sebenarnya. Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil yang didapat adalah bentuk dasar perairan menurut data insitu cenderung landai dan mempunyai kontur yang halus, sedangkan bentuk dasar perairan menurut data landsat-8 cenderung curam dan mempunyai tekstur dasar yang kasar. Menurut hasil analisis, estimasi nilai kedalaman perairan dangkal optis (<25 m) dapat dikatakan cukup baik dengan koefisien korelasi yang didapat R2 0.52. Untuk estimasi nilai kedalaman perairan dangkal non-optis (>25 m) dapat dikatakan buruk dengan koefisien korelasi R2 0.16 karena faktor keterbatasan Algoritma Transformasi Rotasi yang kurang bisa mendeteksi kedalaman perairan lebih dari 25 meter. Sedangkan secara keseluruhan estimasi kedalaman laut di perairan Asem Bagus dapat dikatakan cukup bagus dengan nilai R2 0.63.