Orang Jawa di Klenteng (Relasi Sosial Orang Jawa di Klenteng Hong San Kiong Desa Gudo Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang)
Main Author: | Zafas, Masrur |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/624/1/MASRUR%20ZAFAS.pdf http://repository.ub.ac.id/624/ |
Daftar Isi:
- Hubungan antar etnis memiliki pola-pola tersendiri, khususnya di Indonesia sebagai negara yang multikultural. Desa Gudo, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang merupakan salah satu representasi masyarakat multikultural. Masyarakat Gudo tidak hanya beragam dari segi agama, namun juga multi etnis. Di Desa Gudo sendiri terdapat Klenteng Hong San Kiong yakni klenteng tertua di Jawa Timur yang terbuka untuk berbagai kalangan yang ingin berkunjung. Nilai-nilai multikulturalisme tersebut juga diterapkan oleh para pegawai Klenteng Hong San Kiong yang merupakan orang Jawa dalam menjalin relasi dengan orang Tionghoa yang merupakan pengurus klenteng tersebut. Hal ini yang membuat masyarakat Gudo sarat akan nilai-nilai multikulturalisme dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan life history melalui cerita-cerita kehidupan para pegawai klenteng. Dalam penelitian ini, relasi sosial pegawai memiliki pola relasi sosial berbeda dengan sesama pegawai serta dengan pengurus. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pembagian peran serta status sosial ekonomi yang tentu berbeda dengan pengurus yang merupakan orang Tionghoa. Disisi lain, hubungan antar pegawai merupakan representasi dari hubungan yang solid karena terjalin dalam waktu yang lama. Terlepas dari pola-pola relasi sosial yang berbeda tersebut, relasi sosial tersebut justru membangun hubungan kerjasama yang baik dan stabil baik dengan sesama pegawai maupun dengan pengurus klenteng. Hal ini terjadi tidak hanya karena beberapa motif atau faktor yang melatar belakangi terjalinnya relasi sosial, namun terdapat nilai-nilai multikulturalisme yang memperkuat hubungan antara pegawai dan pengurus yang memiliki latar belakang etnis dan agama berbeda. Relasi sosia ini menggambarkan sisi lain dari pengabdian serta hubungan kerja antara orang Tionghoa dan orang Jawa yang kerap dipandang sebelah mata.