Hubungan Body Condition Score (BCS) Dengan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Masa Laktasi Di Wilayah Lembang
Main Author: | Gumilar, Teguh Pribadi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/5595/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 Januari – 11 Maret 2017 di peternakan rakyat sapi perah yang tergabung dalam Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Body Condition Score (BCS) dengan produksi susu sapi perah berdasarkan masa laktsi di wilayah Lembang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan seleksi dan prediksi produksi susu sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) berdasarkan masa laktasi dengan Body Condition Score (BCS). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) pada berbagai bulan laktasi sebanyak 113 ekor sapi betina dewasa dengan kriteria umur 3-5 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dan studi kasus dengan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling dengan kriteria sapi perah betina dewasa umur 3-5 tahun yang dipelihara dengan manajemen yang relatif sama. Data diperoleh dengan observasi dan wawancara langsung dengan peternak menggunakan kuisioner. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang peternak dan sapi pada kondisi laktasi normal. Pengambilan data primer dengan melihat skor BCS menggunakan dua kali pengukuran. Data produksi susu dikumpulkan dua kali sehari yaitu pagi hari pukul 05:00 WIB dan sore hari pukul 16:00 WIB selama 1 minggu di setiap peternak. Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan BCS menurun pada awal laktasi sampai bulan ke tiga, kemudian berangsur-angsur naik pada sampai akhir laktasi. Rataan BCS masing masing di lokasi penelitian adalah awal laktasi 2,41 ± 0,61, tengah laktasi 2,59 ± 0,67, dan akhir laktasi 3,17 ± 0,95. Rataan produksi susu naik dari bulan pertama setelah beranak sebanyak 18,34 ± 3,20 liter/ekor/hari sampai puncak produksi pada bulan ke tiga sebanyak 24,36±5,15 liter/ekor/hari, kemudian menurun sampai bulan ke sepuluh sebanyak 6,52 ± 1,06 liter/ekor/hari. Nilai persamaan regresi BCS pada awal laktasi adalah Y= 27,22 –2,49X, dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 13% dan nilai keeratan/koefisien korelasi determinasi (r) sebesar -0,36. Nilai persamaan regresi BCS pada tengah laktasi adalah Y= 20,94 -2,00X, dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 17,7% dan nilai keeratan/koefisien korelasi determinasi (r) sebesar -0,42. Nilai persamaan regresi BCS pada akhir laktasi adalah Y= 15,73 -1,66X, dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 21,8% dan nilai keeratan/koefisien korelasi determinasi (r) sebesar -0,46. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa hubungan Body Condition Score (BCS) memiliki hubungan yang rendah dengan produksi susu pada masa laktasi awal, tengah dan terakhir, secara beruntun menyumbangkan masing-masing 13%, 17,7%, dan 21,8%. Hasil korelasi dan regresi menunjukan hubungan BCS dengan produksi susu nyata yang negatif secara berturut-turut pada awal laktasi Y= 27,22 -2,49X, tengah laktasi Y= 20,94 -2,00X, akhir laktasi Y= 15,73 -1,66X, artinya setiap peningkatan nilai BCS 1 poin maka produksi susu menurun, masing-masing adalah 2,49, 2,00, dan 1,66 liter/ekor/hari. Hal tersebut dapat dijadikan bahan seleksi dan prediksi pruduksi susu sapi perah pada berbagai fase laktasi berdasarkan BCS di lokasi penelitian.