Penambahan Hasil Pengomposan Slurry Atau Sludge Pada Media Terhadap Produktivitas Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)

Main Author: Umardi, Hamad
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/5519/
Daftar Isi:
  • Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis, memiliki sumber daya pertanian dan peternakan yang besar. Sejalan dengan perkembangan dunia peternakan seperti peternakan ayam, kambing, dan sapi memiliki limbah dari peternakan tersebut dapat mencemari lingkungan jika tidak ditangani secara benar. Salah satunya yaitu kotoran sapi (feses) dapat digunakan sebagai biogas yang menghasilkan gas metan dan sludge. Sludge dapat menjadi sumber karbon bagi mikroba. Sludge yang berasal dari gas bio sangat baik untuk dijadikan bahan pembawa nutrisi karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh pertumbuhan mikroba seperti P, Mg, Ca, K, Cu dan Zn. Kandungan tersebut juga dapat digunakan sebagai media jamur. Slurry mengandung bahan organik makro dan mikro yang sangat diperlukan oleh jamur. Slurry merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur dan dibutuhkan oleh jamur. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Januari – 12 April 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan dan persentase terbaik penggunaan hasil pengomposan berbahan dasar slurry atau sludge sebagai bahan tambahan media jamur terhadap penampilan dan produksi per log jamur tiram dalam panen pertama. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur tiram media tanam dengan bahan utama serbuk gergaji, dedak, jagung giling dan kapur dengan bahan tambahan hasil pengomposan slurry atau sludge yang diberi dekomposer nabati dan rogesan tebu (perbandingan slurry atau sludge dengan rogesan tebu sebesar 2:1, dekomposer nabati 2,5% dari jumlah formula). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, ayakan, karung, kantong plastik, ring, pipa paralon untuk mencetak log, drum untuk proses steam, gas, solet, kertas HVS, karet gelang, timbangan, pisau cutter, penggaris. Metode Penelitian menggunakan percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap Pola Tersarang dengan perlakuan bahan asal pengomposan slurry (B1), sludge (B2) serta penambahan level (0%) P0, (10%) P1 dan (20%) P2. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), jika menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan hasil pengomposan slurry dan sludge tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap panjang batang jamur tiram dengan rata -rata 3,9 cm bentuk slurry dan 4,1 cm bentuk sludge. Pengamatan diameter tudung tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan rata-rata 6,5 cm bentuk slurry dan 6,7 bentuk sludge. Pengamatan bobot per log tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan rata-rata 115,9 g bentuk slurry dan 117,1 g bentuk sludge. Hasil penelitian level penambahan hasil pengomposan slurry atau sludge tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap panjang batang jamur tiram, namun perlakuan level penggunaan hasil pengomposan tersarang pada bentuk sludge level 10% memiliki kecenderungan paling tinggi yaitu sebesar 4,3 cm. Penambahan hasil pengomposan slurry dan sludge tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap diameter tudung jamur tiram, namun perlakuan level penggunaan hasil pengomposan tersarang pada bentuk sludge level 10% memiliki kecenderungan paling tinggi yaitu sebesar 7,4 cm. Pengamatan penambahan hasil pengomposan slurry dan sludge tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap bobot per log jamur tiram, namun perlakuan level penggunaan hasil pengomposan tersarang pada bentuk sludge level 10% memiliki kecenderungan paling tinggi yaitu sebesar 119,0 g. Kesimpulan penelitian penambahan hasil pengomposan slurry atau sludge pada media jamur belum memberikan hasil yang lebih baik terhadap produktifitas jamur tiram pada panen pertama yang meliputi panjang batang, diameter tudung dan bobot per log dan semua perlakuan dianggap sama sehingga tidak ada presentase terbaik. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penambahan hasil pengomposan slurry maupun sludge dengan level yang lebih dari 20%.