Hubungan Antara Luas Sisiran Sarang Polen Dan Luas Sisiran Sarang Madu Oleh Lebah Apis Mellifera
Main Author: | Rachma, Chandra Yulia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/5517/ |
Daftar Isi:
- Lebah madu Apis mellifera merupakan jenis lebah utama yang dibudidayakan hampir disemua negara, termasuk Indonesia. Lebah ini berasal dari daerah subtropis, yaitu Benua Eropa. Ciri khas lebah madu ini adalah tidak terlalu agresif, kurang suka bermigrasi, memiliki gelang berwarna kuning di belakang abdomen, warna tubuh bervariasi dari coklat gelap sampai kuning kehitaman. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Januari sampai 13 Februari 2017 di Peternakan Lebah Madu PT. Kembang Joyo Sriwijaya milik Bapak Ustadi, S.Pt, penggembalaan di UB forest yang terletak di lereng Gunung Arjuna, Dusun Sumbersari, Desa Tawang Argo, Karangploso, Kabupaten Malang dengan luas 544,74 hektar. Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk hubungan dan mengetahui besarnya hubungan antara luas sisiran sarang polen dan luas sisiran sarang madu oleh lebah Apis mellifera. Manfaat dari penelitian ini yaitu membuat bentuk dan besarnya hubungan antara luas sisiran sarang polen dan luas sisiran sarang madu oleh lebah Apis mellifera. Materi penelitian menggunakan koloni lebah madu Apis mellifera di PT. Kembang Joyo Sriwijaya sebanyak 10 stup, masing-masing stup berisi 5 frame. Peralatan yang digunakan antara lain: masker (the veil), sarung tangan, timbangan digital, plastik mika transparan, kertas HVS, gunting, spidol board marker permanent, dan penggaris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapang. Variabel pnelitian meliputi, keadaan lokasi penelitian, luas sisiran sarang polen, dan luas sisiran sarang madu. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata luas sisiran sarang polen berurutan sebesar 160,86±103,59 cm2 pada minggu ke-2, sebesar 160,86±103,59 cm2 pada minggu ke-3, dan sebesar 69,93±44,83 cm2 pada minggu ke-1. Pada minggu ke-1 polen yang didapatkan sedikit dikarenakan pada saat penelitian lebah ratu bertelur, sehingga pupa dan larva mengkonsumsi polen untuk bisa bertahan hidup. Luas sisiran sarang madu menunjukkan bahwa rataan yang tertinggi pada minggu ke-1 sebesar 913,40±435,37 cm2, terendah pada minggu ke-2 sebesar 848,15±472,2 cm2, dan pada minggu ke-3 sebesar 863,80±306,82 cm2. Luas sisiran sarang madu menunjukkan bahwa pada minggu ke-2 mengalami penurunan karena saat penelitian dilakukan pada musim penghujan. Hubungan antara luas sisiran sarang polen dan luas sisiran sarang madu tidak begitu erat dengan korelasi sangat lemah. Bentuk hubungan antara luas sisiran sarang polen dan luas sisiran sarang madu yang negatif, berarti bertambahnya satu cm2 luas sisiran sarang madu akan menurunkan luas sisiran sarang polen sebesar 0,03. Saran pada penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara luas sisiran sarang polen dan luas sisiran sarang madu pada ketinggian tempat yang berbeda.