Potensi Hasil Beberapa Genotipe Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Di Dataran Rendah
Main Author: | Martasari, Astri Dwi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/5436/ |
Daftar Isi:
- Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat diminati masyarakat. Cabai rawit cocok apabila dibudidayakan pada ketinggian 0-500 m dpl (Setiawati, 2007). Produktivitas cabai rawit per satuan waktu lebih tinggi apabila ditanam di dataran rendah dibandingkan dataran tinggi (Rukmana, 2002). Namun, saat ini cabai rawit yang ditanam di dataran rendah masih menunjukkan produktivitas yang rendah. Salah satu wilayah dataran rendah dengan produktivitas cabai rawit yag rendah yaitu Kabupaten Pasuruan. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan (2016), produktivitas cabai rawit tahun 2011 yaitu 5,89 t ha-1 kemudian tahun 2012 dan 2013 menurun menjadi 3,76 t ha-1 dan 4,56 t ha-1 dan pada tahun 2014 produktivitas menjadi 4,9 t ha-1. Hasil tersebut masih dibawah potensi hasil cabai rawit yang dapat mencapai 9 t ha-1.Rendahnya produktivitas cabai rawit disebabkan karena varietas yang digunakan kurang sesuai dengan lingkungan tumbuhnya. Uji potensi hasil merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk peningkatan produktivitas cabai rawit. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui potensi hasil dari beberapa genotipe cabai rawit yang ditanam di dataran rendah. Penelitian dilakukan di Desa Bayeman, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan pada 09 Desember 2016 hingga 10 Juni 2017 dengan ketinggian ±15 m dpl. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tray semai, cangkul, sprayer, ajir, meteran ukur, tali rafia, timbangan analitik, jangka sorong, penggaris, mulsa plastik hitam perak, plastik, kertas label, dan papan label. Bahan yang digunakan adalah 6 genotipe cabai rawit (CRUB 1, CRUB 2, CRUB 3, CRUB 4, CRUB 5, dan CRUB 6) dan varietas pembanding yaitu cabai rawit varietas Cakra Putih. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk kandang (20 t ha-1), urea (200 kg ha-1), SP36 (375 kg ha-1), KCl (150 kg ha-1), fungisida berbahan aktif propineb dan mankozeb, bakteri Bacillus sp. dan Trichoderma sp., metyl eugenol, serta pestisida berbahan aktif abamectin dan metomil. Penelitian menggunakan rancangan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan 7 perlakuan berupa genotipe dengan 4 kali ulangan. Genotipe cabai rawit yaitu CRUB 1, CRUB 2, CRUB 3, CRUB 4, CRUB 5, CRUB6, dan cakra putih sebagai pembanding. Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar tajuk, umur berbunga, umur awal panen, panjang buah, diameter buah, jumlah buah per tanaman, bobot per buah, bobot buah per tanaman, bobot buah per plot, umur akhir panen, lama masa panen dan potensi hasil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi hasil hasil enam genotipe cabai rawit yang diuji lebih tinggi dibandingkan dengan varietas cakra putih (pembanding). Tiga genotipe diantaranya memiliki potensi hasil tinggi yaitu CRUB 2 (8,66 t ha-1), CRUB 3 (8,20 t ha-1), dan CRUB 4 (9,65 t ha-1). Ketiga genotipe yang memiliki potensi hasil tinggi didukung oleh beberapa karakter. Pada CRUB 2 didukung oleh diameter buah, bobot buah per tanaman, dan bobot ii buah per plot. Disamping itu, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan bobot buah per plot mendukung potensi hasil CRUB 4 sedangkan CRUB 3 didukung oleh diameter buah dan bobot buah per plot.