Pesantren di tengah Modernitas Zaman (Studi Poskolonial Representasi Identitas Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Pada Modernisasi Pendidikannya)
Main Author: | Fawzy., Dwimay |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/5425/ |
Daftar Isi:
- Pondok Pesantren Tebuireng, sebagai salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia, yang telah berdiri sejak tahun 1899 mengalami berbagai perubahan-perubahan identitas melalui modernisasi dalam bidang pendidikan. Modernisasi tersebut sudah dicita-citakan oleh pendirinya, K.H. Hasyim Asy’ari sejak pertama kali mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng, meskipun pembaruan tersebut baru dimulai oleh keponakannya, Kiai Ilyas, dan benar-benar terealisasi pada kepemimpinan anaknya, Wahid Hasyim. Suasana pemikiran masyarakat yang sebagian terkonstruksi oleh Barat, mendudukkan pesantren menjadi pendidikan kelas dua, dan di sisi yang lain, sebagian masyarakat justru beranggapan segala hal yang dibawa oleh Barat, termasuk sistem pendidikannya adalah haram untuk dipelajari. Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada representasi identitas Pondok Pesantren Tebuireng pada modernisasi yang dilakukannya tersebut yang dilihat melalui perspektif poskolonial, dikarenakan identitas merupakan kajian dalam lingkup budaya, dan budaya tidak akan terjadi tanpa adanya interaksi, dan interaksi juga tidak akan terjadi tanpa adanya bentuk komunikasi. Adapun hasil akhir yang didapat dalam penelitian ini adalah bahwa representasi identitas Pondok Pesantren Tebuireng pada modernisasi yang dilakukan adalah bentuk pengangkatan identitas pesantren dan masyarakat pribumi, serta penjagaan dan pengembangan cita-cita pendirinya.