Evaluasi Program Pertanian Organik Kota Wisata Batu (Studi Kasus Komoditas Stroberi, Tomat, Kailan, Pakcoy di Desa Giripurno dan Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji)

Main Author: Sulistyana, Eva
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/5336/
Daftar Isi:
  • Penggunaan bahan kimia untuk tanaman telah diterapkan dan terus berkembang pada masa orde baru. Hal tersebut menimbulkan dampak buruk bagi keberlanjutan pertanian. Menurut Udiyani (2003), akibat penggunaan pupuk kimia secara intensif dan cenderung dalam jumlah yang berlebih mengakibatkan bahan-bahan kimia yang terdapat pada pupuk kimia tersebar dan menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran tanah dan air, menurunkan tingkat kesuburan tanah dan ketergantungan petani secara ekonomi dan sosial. Kekhawatiran tersebut mendorong munculnya sistem pertanian organik yang ramah lingkungan dengan penggunaan bahan-bahan alami untuk menyuburkan tanah dan memberi nutrisi pada tanaman. Menurut Dimyati (2002), pertanian organik didefinisikan sebagai sistem pertanian yang mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti pendaur ulangan unsur hara dari bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik. Berdasarkan Aliansi Organis Indonesia (2014), tahun 2013 tercatat seluas 220.300,62 hektar lahan telah digunakan untuk pertanian organik. Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan bahaya yang ditimbulkan bahan kimia membuat masyarakat lebih selektif dalam memilih produk yang dikonsumsi. Kota Batu merupakan salah satu kota yang mendukung program pemerintah untuk menerapkan pertanian organik, diantaranya di Desa Giripurno dan Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji. Program pertanian organik tersebut dikenal dengan Batu Go Organic. Hingga saat ini program di Desa Giripurno dan Pandanrejo masih dalam pengembangan dan belum berhasil sepenuhnya serta belum seluruhnya dilaksanakan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai evaluasi program pertanian organik di Desa Giripurno dan Pandanrejo dengan melihat persepsi petani yang mengikuti dan efektivitas untuk mencapai tujuan program. Evaluasi program dengan melihat persepsi petani terdiri dari 6 faktor yakni kepuasan penerimaan informasi yang diperoleh berkategori tinggi yakni 78,64% untuk Giripurno dan 77,50% untuk Pandanrejo; kepuasan penerimaan bantuan berkategori tinggi dengan persentase 76,80% untuk Giripurno dan 71,67% untuk Pandanrejo; keterlibatan kegiatan sosialisasi berkategori tinggi yakni 80,34% untuk Giripurno dan 79,17% untuk Pandanrejo; keterlibatan pelatihan berkategori tinggi yakni 83,06% untuk Giripurno dan 79,17% untuk Pandanrejo; komitmen kesepakatan komoditas berkategori tinggi dengan persentase 75,37% untuk Giripurno dan 73,33% untuk Pandanrejo; dan komitmen kesediaan menerapkan pertanian organik berkategori sedang dengan persentase 69,12% untuk Giripurno dan 68,75% untuk Pandanrejo. Sedangkan evaluasi program dengan melihat efektivitas dalam mencapai tujuan terdiri dari 4 faktor yaitu perencanaan lokasi kegiatan berkategori tinggi dengan persentase 79,32% untuk Giripurno dan 70% untuk Pandanrejo; penerimaan bantuan sarana produksi berkategori tinggi yakni sebesar 81,70% untuk Giripurno dan 72,92% untuk Desa Pandanrejo; pelaksanaan pendampingan berkategori tinggi dengan persentase 85,92% untuk Giripurno dan berkategori sedang dengan persentase 67,5% untuk Pandanrejo; dan pelaksanaan penerapan bahan organik berkategori tinggi yakni sebesar 70,54% untuk Giripurno dan berkategori sedang dengan persentase 67,5% untuk Pandanrejo. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa program berjalan dengan baik meskipun beberapa aspek seperti persepsi mengenai kesediaan menerapkan pertanian organik berkategori sedang. Hal tersebut dikarenakan kurangnya jaminan dari pemerintah terhadap kemungkinan risiko kegagalan yang dihadapi, sedangkan pendapatan utama diperoleh dari bertani. Selain itu, program disimpulkan berjalan dengan baik dilihat dari efektivitasnya, meskipun di Pandanrejo untuk faktor pelaksanaan pendampingan dan penerapan bahan organik bernilai sedang. Hal ini dikarenakan, Pandanrejo belum melaksanakan rangkaian program secara keseluruhan.