Analisis Pendapatan Dan Tingkat Risiko Usahatani Tebu (Saccharum officinarum L) (Studi di Desa Setonorejo, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri)

Main Author: Astutik, Reni Dwi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/5260/
Daftar Isi:
  • Tebu sebagai bahan baku industri gula merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian di Indonesia. Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2016), sentra penanaman tebu di Indonesia tahun 2012-2016 terdapat di Propinsi Jawa Timur dengan luas 45,06% dari luas panen tebu Indonesia dan pada periode yang sama, Propinsi Lampung dengan kontribusi 25,30% dari luas panen tebu di Indonesia. Adapun 7 propinsi penghasil tebu lainnya adalah propinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Gorontalo, dan DI Yogyakarta. Salah satu daerah penghasil tebu yang ada di Jawa Timur adalah di Kabupaten Kediri, menurut Badan Pusat Statistik kabupaten Kediri (2016), tanaman tebu merupakan komoditi andalan sektor perkebunan di Kabupaten Kediri. Produksi yang terus meningkat selama beberapa tahun terakhir, diikuti peningkatan produktivitas membuat petani seakan enggan untuk berpindah ke tanaman lain. Tanaman tebu dari segi perawatan memang relatif lebih mudah dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Kebutuhan gula nasional yang terus bertambah dari tahun ke tahun membuat pemerintah memacu produktivitas tanaman perkebunan ini. Sentra penghasil tebu di Kabupaten Kediri adalah di Desa Setonorejo. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri (2016), Desa Setonorejo memiliki luas 2,45 km2 yang terdiri dari dua dusun dengan jumlah penduduk 3.591 jiwa dan mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Salah satu tanaman yang dibudidayakan di desa tersebut adalah tanaman tebu. Tanaman tebu di desa ini setiap musim tanamnya memiliki harga jual yang berbeda-beda, sehingga hal ini mempengaruhi tingkat pendapatan petani dan mampu menimbulkan risiko pendapatan untuk petani tebu, apalagi di desa ini sistem penjualannya dengan cara tebasan, sehingga harga terbentuk dari proses tawarmenawar antara petani dengan penebas. Hal inilah yang mengakibatkan pendapatan petani satu dengan yang lain memiliki gap yang tinggi, sehingga mengakibatkan tingkat risikonya pun juga tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis Usahatani Tebu di Desa Setonorejo, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, 2) Menganalisis tingkat risiko pendapatan tebu di Desa Setonorejo, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Penelitian ini difokuskan pada tebu dengan varietas PS-862 (tebu 62 atau tebu hijau) dengan sistem tanam keprasan tanpa dibedakan jenis keprasannya. Penelitian ini dilakukan di Desa Setonorejo, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri dengan penentuan sampelnya dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) yakni setiap responden memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 39 responden petani tebu dengan menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif. ii Pendekatan deskriptif untuk mengetahui karakteristik atau gambaran umum petani tebu yang ada di Desa Setonorejo, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk analisis usahatani tebu dengan menggunakan perhitungan biaya, penerimaan, dan pendapatan, sedangkan untuk analisis risiko menggunakan Koefisien Variasi (CV), Batas Bawah Pendapatan (L). Hasil penelitian ini adalah petani di Desa Setonorejo memperoleh pendapatan dari usahatani tebunya sebesar Rp 44.012.792/Ha/Musim Tanam, sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko diperoleh nilai harapan (E) sebesar Rp 24.431.791, yang artinya bahwa rata-rata pendapatan yang diterima petani di Desa Setonorejo pada masa tanam yang akan datang sebesar Rp 24.431.791. Nilai simpangan baku (nilai fluktuasi pendapatan) sebesar Rp 34.550.470, sedangkan nilai koefisien variasi (CV) atau tingkat risikonya sebesar 1,41 dari hasil yang diharapkan. Nilai batas bawah (L) sebesar Rp -44.669.148, artinya dalam proses usahatani tebu musim berikutnya petani harus berani menanggung kerugian karena berkurangnya nilai pendapatan sebesar Rp -44.669.148. Kondisi di lapang yang mampu mengakibatkan turunnya pendapatan dan risiko pendapatan yang tinggi dapat berupa tebu roboh akibat adanya hujan yang disertai dengan angin, biasanya tebu roboh ini dapat dijadikan tempat sembunyi tikus, sehingga semakin lama tebu tersebut dapat rusak, selain itu harga tebu yang menurun setiap bulannya membuat petani satu dengan yang lain memperoleh pendapatan yang berbeda jauh sehingga tingkat variasi pendapatan tinggi, tebu berbunga, adanya hama berupa embug (uret), adanya jamur upas, dan kurangnya perawatan tanaman tebu saat di lahan yang mampu mengakibatkan tebu menjadi kecil, sehingga air tebu yang dihasilkan juga sedikit.