Analisis Usahatani Dan Perilaku Petani Dalam Menghadapi Risiko Penerimaan Tebu (Saccharum officanarum L) (Studi di Desa Setonorejo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri)

Main Author: Fitri, Eka Krisdiana
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/5197/
Daftar Isi:
  • Tebu sebagai bahan baku industri gula merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian di Indonesia. Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2016). Tidak adanya analisis usahatani dapat mengakibatkan kerugian pada usahatani yang sedang dijalankan, disamping itu suatu risiko dalam usahatani pasti akan terjadi, hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan perilaku setiap petani dalam menghadapi risiko tersebut dan adanya sumber-sumber risiko yang belum diketahui secara pasti dan mendominasi. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis usahatani tebu di Desa Setonorejo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, 2) Menganalisis sumber-sumber risiko penerimaan pada usahatani tebu di Desa Setonorejo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, dan 3) Menganalisis perilaku petani terhadap risiko penerimaan usahatani tebu di Desa Setonorejo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri. Penelitian ini difokuskan pada tebu hijau varietas 62 dengan sistem tanam keprasan. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan teknik wawancara yaitu menggunakan kuisioner. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Desa Setonorejo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara simple random sampling yakni setiap responden memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian dengan metode analisis dan pengujian hipotesis yang digunakan meliputi analisis usahatani yakni analisisi biaya, penerimaan dan pendapatan, analisis deskriptif dan analisis regresi kuadratik dengan prinsip Bernouli dengan teknik N-M (Neumann-Morgenstren) yang disempurnakan untuk mengetahui nilai CE sehingga didapatkan hasil perilaku petani tebu terhadap risiko ( risk lover, risk neutral, dan risk averter ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pendapatan yang diperoleh petani tebu di daerah penelitian sebesar Rp 44.021.792,-/Ha/Musim Tanam didapat dari selisih antara biaya penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan petani. Hal ini dapat dikatakan bahwa usahatani tebu yang ada di daerah penelitian layak untuk dikembangkan 2) Sumber-sumber risiko secara berurutan dari yang paling besar persentasenya adalah ketidakpastian iklim, ketidakpastian harga dari penebas, ketidaktepatan pembayaran penebas kepada petani, kurangnya modal, Input kurang tersedia dengan mudah, Kurangnya informasi tentang usahatani, rentan terhadap hama dan penyakit, kurangnya kekuasaan tawar menawar harga di tingkat penebas, membutuhkan lebih banyak waktu, biaya dan tenaga kerja dalam usahatani tebu dan susah mencari tenaga kerja dalam proses produksi usahatani tebu. 3) Perilaku petani tebu di Desa Setonorejo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri cenderung netral terhadap risiko penerimaan tebu yakni sebesar 56, 41%, yang berperilaku mnerima risiko sebesar 35.90%, akan tetapi dalam hal ini petani yang berperilaku menolak risiko sebesar 7.69% justru memiliki rata-rata penerimaan tertinggi dibandingkan petani yang berperilaku netral ataupun ii menerima risiko. Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh jenis lahan dan status kepemilikan lahan petani, sehingga hasil penelitian ini menimbulkan kontrakdiski atau bertentangan antara kejadian yang ada dilapang pada saat penelitian dengan teori yang sudah ada yakni teori Barrons dalam Tarigan, 2009 bahwa semakin tinggi perilaku petani dalam menerima risiko maka semakin tinggi pula penerimaan atau pendapatan yang akan diperoleh. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya lebih difokuskan untuk meneliti mengenai faktor-faktor adanya ketidakpastian iklim (mitigasi) yang dikaitkan dengan usahatani tebu. Pihak pemerintah seharusnya dapat memberikan perhatian khusus terhadap petani tebu dan mempersiapkan kebijakan yang dapat diterapkan dalam mengatasi risiko penerimaan usahatani tebu sehingga dapat meminimalisir terjadinya risiko, dapat meningkatkan harga tebu dan mensejahterahkan petani tebu. Sebaiknya petani tebu di Desa Setonorejo membuat strategi manajemen risiko untuk mengatasi sumber-sumber risiko yang kemungkinan terjadi selama usahatani berlangsung dan kelompok tani tebu di daerah penelitian seharusnya diaktifkan secara nyata agar dapat berdiskusi satu sama lain dan saling bertukar fikiran sehingga menambah wawasan petani dalam berusahatani tebu. Selain itu sebaiknya sebelum melakukan proses tawar menawar antara petani dengan penebas dilakukan MoU sebagai perjanjian ketepatan pembayaran.