Efek Penggunaan Kombinasi Tepung Tomat, Asam Sitrat Dan Sinbiotik Terhadap Karakteristik Fisik Telur Itik Mojosari
Main Author: | Saputro, Bambang |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/5191/ |
Daftar Isi:
- Tepung tomat mengandung senyawa likopen yang berperan sebagai antioksidan, asam sitrat dapat digunakan sebagai acidifier yang mendukung kinerja enzim pencernaan, sinbiotik mengandung probiotik yang memberikan efek menguntungkan dalam meningkatkan mikroba non patogen dan mengandung prebiotik yang menyediakan substrat untuk perkembangan mikroba tersebut. Kombinasi tepung tomat, asam sitrat, dan sinbiotik akan memaksimalkan penyerapan zat makanan sehingga diharapkan memiliki efek positif terhadap kualitas fisik telur itik Mojosari. Berdasarkan pemikiran tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai efek penggunaan kombinasi tepung tomat, asam sitrat dan sinbiotik terhadap karakteristik fisik telur itik Mojosari. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek penggunaan kombinasi tepung tomat, asam sitrat dan sinbiotik terhadap karakteristik fisik telur itik Mojosari. Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan kajian ilmiah tentang efek dari penggunaan kombinasi tepung tomat, asam sitrat dan sinbiotik terhadap karakteristik fisik telur itik Mojosari yang meliputi bobot telur, specific gravity, bobot kerabang, dan tebal kerabang. Penelitian dilaksanakan November 2016 - Februari 2017 di peternakan Bapak Tito yang beralamat di dusun Rejoso, desa Junrejo, kecamatan Junrejo, kota Batu. Materi penelitian yang digunakan adalah Itik Mojosari sebanyak 140 ekor itik Mojosari betina yang berumur ± 32 minggu. Itik dikelompokkan berdasarkan egg mass menjadi 4 yaitu kelompok 1 (28,50–35,86 ± 4,22 g/ekor/hari dengan KK 6,97%), kelompok 2 (36,50–40,14 ± 2,19 g/ekor/hari dengan KK 4,73%), kelompok 3 (43,14–48,50 ± 1,55 g/ekor/hari dengan KK 4,07%) dan kelompok 4 (55,93–64,79 ± 3,24 g/ekor/hari dengan KK 9,86% ). Bahan pakan selama penelitian adalah jagung, bungkil kedelai, bekatul, meat bone meal (MBM), tepung batu, DL-Methionine, L-Lysine, minyak sawit, garam, vitamin mix dan mineral mix. Metode penelitian yang digunakan yaitu percobaan dilapang pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 4 kelompok. Perlakuan yang diberikan yaitu kombinasi pakan basal itik dengan penambahan tepung tomat, asam sitrat dan sinbiotik, dengan masing-masing perlakuan terdiri dari pakan basal (P0); pakan basal + 0,5% tepung tomat dan 0,5% asam sitrat (P1); pakan basal + 1% tepung tomat dan 1% asam sitrat (P2); pakan basal + 0,5% tepung tomat, 0,5% asam sitrat dan 1% sinbiotik (P3) dan pakan basal + 1% tepung tomat, 1% asam sitrat dan 1% sinbiotik (P4). Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01) maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot telur berturut-turut dari yang terbesar hingga terkecil adalah P1 (59,33 ± 2,96 g/butir), P0 (59,08 ± 4,65 g/butir), P2 (58,96 ± 3,21 g/butir), P3 (56,92 ± 2,25 g/butir), dan P4 (56,33 ± 2,84 g/butir); spesific gravity berturut-turut dari yang tertinggi hingga terrendah adalah P1 (1,098 ± 0,002 g/l), P2 (1,098 ± 0,004 g/l), P3 (1,098 ± 0,002 g/l), P4 (1,098 ± 0,003 g/l), dan P0 (1,096 ± 0,002 g/l); bobot kerabang berturut-turut dari yang terbesar hingga terkecil adalah P2 (6,03 ± 0,10 g), P1 (5,81 ± 0,59 g), P3 (5,80 ± 0,20 g), P0 (5,79 ± 0,41 g), dan P4 (5,50 ± 0,47 g); tebal kerabang berturut-turut dari yang terbesar hingga terkecil adalah P2 (0,47 ± 0,02 mm), P1 (0,46 ± 0,04 mm), P4 (0,46 ± 0,04 mm), P0 (0,46 ± 0,03 mm), dan P3 (0,45 ± 0,02 mm). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi tepung tomat, asam sitrat, dan sinbiotik dalam pakan tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap karakteristik fisik telur itik Mojosari. Kesimpulan penelitian adalah penggunaan kombinasi tepung tomat, asam sitrat dan sinbiotik dalam pakan tidak meningkatkan kualitas fisik telur itik Mojosari. Saran untuk penelitian lanjutan perlu penambahan durasi perlakuan yang lebih lama agar meningkatkan kualitas telur secara signifikan.