Satir Relasi Kekuasaan Dalam Wayang (Analisis Semiotika atas Lakon Wayang pada Surat dari Palmerah: Indonesia dalam Politik Mehong 1996-1999)

Main Author: Puspitandaru, Indriarti
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/5184/
Daftar Isi:
  • Surat dari Palmerah: Indonesia dalam politik mehong 1996-1999 merupakan kumpulan artikel atau rubrik, editorial atau tajuk rencana dari majalah Jakarta-Jakarta yang ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma dan kemudian dihimpun menjadi sebuah buku pada tahun 2002. Dengan menggunakan gaya bahasa satir, buku ini berbicara mengenai etika politik dan juga masalah sosial budaya masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru. Karakteristik satir sendiri terdiri dari ironi, kritik, dan bersifat implisitness. satir muncul berkenaan dengan peristiwa, kondisi, atau sikap seseorang yang tidak disukai, bisa dikritik tapi juga bisa. Salah satunya satir yang terdapat dalam buku ini yaitu mengenai relasi kekuasaan yang di representasikan melalui lakon cerita wayang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggambaran relasi kekuasaan terhadap satir dalam wayang yang terdapat pada buku Surat dari Palmerah: Indonesia dalam politik Mehong 1996-1999. Peneliti meneliti dan menelaah setiap potongan-potongan teks pada 8 artikel yang menjadi fokus dalam penelitian. Pendekatan penelitian yakni kualitatif deskriptif dengan paradigma konstruktif. Analisis yang digunakan yaitu analisis semiotika Roland Barthes yang mana makna tertuju pada denotasi, konotasi, sampai tataran mitos. Hasil penelitian menunjukan bahwa Seno sebagai penulis menggambarkan tokoh Kresna dan Sangkuni, aktor yang paling aktif di perwayangan dalam melakukan perebutan kekuasaan. Lebih lanjut, dalam tataran konotatif menggunakan representasi atas lakon wayang, ditunjukkan bahwa kekuasaan pada masa Orde Baru yang dapat bertahan selama 32 tahun digambarkan penuh intrik politik guna melegitimasi kekuasaan sehingga dapat bertahan begitu lamanya.