Analisis Dampak Penerapan E-SPTA (Elektronik-Surat Perintah Tebang Angkut) Terhadap Pelayanan TMA (Tebang Muat Angkut) Di Pabrik Gula GEMPOLKREP PTPN X Persero
Main Author: | Partiwi, Diesna Anggraeni |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/5139/ |
Daftar Isi:
- Gula putih merupakan bahan pemanis utama yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Setiap tahun konsumsinya selalu bertambah. Hal ini menjadi alasan pentingnya pemerintah meningkatkan produksi gula. Bahan dasar dari gula yaitu tebu, tebu banyak yang memiliki rendemen rendah. Akibatnya produksi gula juga rendah dikarenakan tebu yang dikirim ke pabrik masih kotor atau mesin pabrik yang sudah tua. Perlunya peran tebang muat angkut dalam menjaga kualitas, kuantitas serta produksi tebu, sehingga Pabrik Gula Gempolkrep menerapkan program E-SPTA (Elektronik-Surat Perintah Tebang Angkut). Penerapan program E-SPTA merupakan perbaikan dari program SPTA sebelumnya. Penelitian ini untuk mengetahui respon tinggi rendahnya petani terhadap program E-SPTA dan signifikan atau tidaknya dampak E-SPTA yang diperoleh petani. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan implementasi program E-SPTA di Pabrik Gula Gempolkrep, 2) Mengidentifikasi permasalahan serta kendala yang muncul saat pelaksanaan E-SPTA, 3) Menganalisis respon petani terhadap adanya E-SPTA di Pabrik Gula Gempolkrep, 4) Menganalisis dampak penerapan E-SPTA terhadap lama pelayanan di pabrik, lama pelayanan hasil mutu tebu, dan kepastian jadwal tebang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena Pabrik Gula Gempolkrep merupakan pabrik gula PTPN X yang produksinya paling banyak dari semua pabrik gula dibawah naungan PTPN X. Petani yang bermitra dengan Pabrik Gula Gempolkrep dan pernah mendapkan sosialisasi serta pelatihan program E-SPTA menjadi populasi dalam penelitian ini. Penentuan koperasi menggunakan metode sensus yaitu didapatkan sebanyak 32 koperasi dan penentuan responden menggunakan metode sampling purposive yaitu petani anggota koperasi yang sudah menerapkan dan yang belum menerapkan program E-SPTA. Masing-masing koperasi diambil 1 responden yang telah menerapkan program dan 1 responden yang belum menerapkan program, sehingga responden dalam penelitian ini sebanyak 64 responden. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga April 2017. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui metode wawancara terstruktur, wawancara mendalam, pencatatan hasil wawancara, dan dokumentasi di lapang. Data sekunder yang dikumpulkan berupa data yang diambil atau diperoleh secara langsung dari pustaka, penelitian terdahulu, buku panduan Pabrik Gula Gempolkrep untuk sejarah singkat serta struktur organisasi pabrik, data petani serta koperasi, dan alur program E-SPTA. Data yang sudah didapatkan kemudian di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif, metode interaktif Miles dan Huberman, pengukuran respon dengan alat ukur skala likert, dan pengukuran dampak menggunakan uji t serta Difference-in-Difference. Penerapan program E-SPTA dilakukan pada musim giling 2016 selama kurang lebih 2 bulan saja, dalam cetak SPTA dilakukan oleh petani sendiri dan pelayanan truk saat di pabrik menggunakan teknologi-teknologi baru untuk ii mempercepat pelayanan. Pelayanan saat truk masuk Pabrik Gula Gempolkrep memiliki tiga alur yang disesuaikan dengan cara tanam tebu yaitu manual atau mekanisasi. Namun, mulai dari cetak SPTA sendiri oleh petani sampai alur truk masuk hingga keluar pabrik belum ada yang sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure) pabrik. Program ini, dalam penerapannya memiliki kendala dan permasalahan. Kendalanya ialah beberapa petani masih belum dapat menggunakan teknologi handphone. Permasalahannya petani serta karyawan pabrik pengetahuannya masih rendah akan program dan kurangnya persiapan pabrik saat penerapan program E-SPTA. Hasil analisis untuk respon petani E-SPTA dari nilai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan diperoleh 27,06 atau 67,67 % yang termasuk dalam kategori tinggi. Petani Non-ESPTA memperoleh 24,31 atau 60,78% yang termasuk dalam kategori sedang. Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan petani Non-ESPTA belum menerapkan sedangkan petani E-SPTA sudah menerapkan sehingga mengetahui keuntungan yang didapatkan. Hasil analisis dampak menggunakan Did Sederhana dan uji statistik uji t menunjukkan bahwa program E-SPTA tidak memberikan dampak pada waktu lama pelayanan saat truk masuk hingga keluar pabrik (t-hitung = 0,269; p-value = 0,789), lama pelayanan hasil mutu tebu (t-hitung = 1,476; p-value = 0,148), dan kepastian jadwal tebang tebu petani (t-hitung = 1,408; p-value = 0,169). Namun demikian, terdapat dampak yang dirasakan petani yaitu jatah tebang lebih transparan, sehingga petani dapat memperoleh jatah tebang tambahan. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu adanya kerjasama yang baik antara petani dan karyawan yang saling memotivasi untuk mempelajari program baru serta lebih siapnya pabrik gula dalam memenuhi kebutuhan pabrik saat penerapan program yang akan membantu berjalannya program supaya lancar. Selain itu, sistem yang di awal seharusnya petani cetak ESPTA sendiri, bila dirasa kesulitan setiap koperasi bisa membuat beberapa kelompok yang setiap kelompoknya ada koordinator untuk cetak SPTA, sehingga bisa lebih mudah. Untuk itu, program akan sukses apabila persiapan program yang telah dipersiapkan dari awal secara terperinci dan dilaksanakan sesuai perencanaan yang juga dilakukan pemantauan oleh petugas pabrik.