Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Padi Dalam Memanfaatkan Program Sistem Resi Gudang (Studi Kasus di Koperasi Niaga Mukti, Desa Jambudipa, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur)

Main Author: Fadhillah, Hafidh
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/5101/
Daftar Isi:
  • Petani sebagai pelaku usaha pertanian masih sulit mendapatkan pembiayaan untuk kebutuhan hidup dan keberlanjutan usahataninya. Sulitnya pembiayaan disebabkan karena harga jual gabah yang rendah saat musim panen. Sementara itu, akses petani dalam memperoleh pembiayaan untuk kesinambungan kegiatan usahataninya masih memberatkan petani, sehingga banyak petani yang memilih untuk langsung menjual hasil panennya dalam bentuk gabah dengan harga yang rendah kepada tengkulak. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan RI mengeluarkan kebijakan program Sistem Resi Gudang (SRG) yang didasarkan pada UU Nomor 9 Tahun 2006 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 2011. Program SRG adalah kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi resi gudang. Resi gudang adalah surat atau dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang SRG. Resi gudang dapat digunakan sebagai jaminan ke lembaga keuangan untuk memperoleh pembiayaan. Program SRG bertujuan untuk membantu petani memperoleh harga jual yang optimal dengan mekanisme tunda jual. Ketika musim panen dan harga komoditi di pasar rendah, maka petani dapat menyimpan komoditi di gudang SRG, kemudian menjualnya ketika harga tinggi. Implementasi program SRG di Kabupaten Cianjur mulai dilaksanakan pada tahun 2011 oleh PT. Pertani. Pada tahun 2013, program SRG dikelola oleh Koperasi Niaga Mukti. Jumlah resi gudang yang diterbitkan pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 13,37 dan tahun 2014 sebesar 14,05 persen. Namun pada tahun 2013, 2015, dan 2016 terjadi penurunan jumlah resi gudang. Pada tahun 2013, terjadi penurunan sebesar 5,35 persen, sedangkan pada tahun 2015 dan 2016, penurunan jumlah resi gudang masing-masing sebesar 5,69 persen dan ii 10,36 persen. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja pengelolaan progam SRG di Kabupaten Cianjur, efektivitas dari adanya progam SRG terhadap pendapatan usahatani, dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan petani dalam memanfaatkan progam SRG. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh dari wawancara mendalam kepada petani responden, key informan, dan studi literatur. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis gap, analisis usahatani, dan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan program SRG di Kabupaten Cianjur masih memiliki kesenjangan, seperti sosialisasi program SRG dan pengawasan Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi). Sementara itu, hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa pendapatan usahatani pada petani SRG lebih tinggi dari petani konvensional. Selisih pendapatan antara petani SRG dengan petani konvensional yaitu Rp 4.458.391. Berdasarkan analisis regresi logistik, faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan petani padi adalah luas lahan, produksi gabah, pendapatan usahatani, dan kepemilikan profesi non usahatani. Partisipasi petani untuk memanfaatkan program SRG di Kabupaten Cianjur masih perlu ditingkatkan. Pemerintah Kabupaten Cianjur hendaknya ikut berperan aktif dalam melakukan sosialisasi program SRG dengan menentukan tokoh masyarakat sebagai influencer bagi petani sekitar. Pengawasan progam SRG di lapangan perlu dibantu juga oleh Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi Kabupaten Cianjur. Selain itu, Bappebti hendaknya memberikan keringanan jumlah minimum gabah yang dapat disimpan di gudang SRG dan memberikan subsidi biaya jasa SRG, sehingga partisipasi petani untuk memanfaatkan program SRG dapat meningkat.