Analisis Sistem Ijon Terhadap Pendapatan Usahatani Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Memasarkan Hasil Usahatani Jeruk Manis Dengan Sistem Ijon Di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

Main Author: Dananjaya, Bima
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/5033/
Daftar Isi:
  • Sumber daya alam yang melimpah bisa dimanfaatkan dengan menanam berbagai jenis tanaman di Indonesia seperti komoditas pangan, perkebunan, hortikultura dan lain-lain. Komoditas hortikultura merupakan salah satu yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Komoditas hortikultura memiliki tiga peranan yang cukup penting yaitu sebagai sumber pendapatan masyarakat, sebagai bahan pangan masyarakat khususnya sumber vitamin (buah-buahan), mineral (sayuran) dan bumbu masak, dan sebagai sumber devisa negara non migas. Jeruk adalah salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai jumlah produksi tinggi di Indonesia. Komoditas ini mempunyai peluang besar untuk dikembangkan di Indonesia. Jeruk manis atau yang memiliki nama latin Citrus sinensis ini merupakan salah satu jenis jeruk yang banyak diminati konsumen dan juga banyak dijadikan bahan olahan makanan atau minuman. Tanaman jeruk manis tumbuh baik di kawasan Batu dan Malang. Hal tersebut disebabkan karena kondisi geografis dari Kota Malang yang hampir sesuai dengan syarat tumbuh jeruk manis, sehingga potensi untuk melakukan usahatani komoditas jeruk di Malang sangatlah bagus. Wilayah Malang dan sekitarnya juga merupakan potensi yang bagus untuk memasarkan jeruk manis, karena banyaknya wisatawan dan juga industri makanan yang memanfaatkan buah jeruk manis. Apabila pemasaran jeruk manis bagus maka bisa meningkatkan pendapatan bagi petani jeruk manis di Malang. Suatu usahatani bisa diketahui pendapatannya tinggi atau rendah dari bagaimana hasil usahatani itu dipasarkan. Pada pemasaran jeruk manis ini, para petani di Desa Selorejo, kecamatan Dau masih banyak ditemui sistem pemasaran ijon, yaitu proses jual beli dilakukan sebelum jeruk memasuki masa panen dengan kondisi buah masih ada di pohon atau masih muda. Pemilihan sistem ijon sebenarnya merupakan suatu pilihan yang bisa dikatakan menguntungkan atau juga bisa merugikan bagi petani. Karena harga jeruk manis pada saat musim panen belum bisa diketahui namun sudah terjadi kesepakatan jual beli antara petani dan pengijon. Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendiskripsikan sistem pemasaran ijon yang dilakukan oleh petani, (2) menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi keputusan petani jeruk manis memilih sistem pemasaran ijon, dan (3) menganalisis perbedaan pendapatan usahatani jeruk manis dengan sistem pemasaran ijon dibandingakan dengan sistem pemasaran langsung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk penelitian masalah sosial berdasarkan pada pengujian variabel-variabel yang diukur dengan angka dan dianalisis dengan prosedur statistik. Pendekatan kuantitatif pada ii penelitian ini menggunakan sampel random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk menjawab tujuan mengenai perbedaan pendapatan dan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani. Hasil dari penelitian faktor – faktor yang mempengaruhi peluang keputusan petani untuk melakukan pemasaran sistem ijon secara signifikan adalah umur petani, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah pohon yanag dibudidayakan dan keikutsertaan dalam kredit keuangan. Faktor umur signifikan pada tingkat toleransi 10% dan keempat faktor lainnya yaitu tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah pohon yang dibudidayakan dan keikutsertaan dalam kredit signifikan pada tingkat toleransi 5%. Sedangkan faktor keikutsertaan dalam kelompok tani dan sumber informasi tentang sistem pemasaran tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam melakukan sistem ijon. Setiap peningkatan satu skala faktor yang mempengaruhi akan berpeluang terhadap keputusan petani memilih sistem ijon bisa lebih besar atau lebih kecil dari sebelumnya. Pendapatan yang diperoleh petani dipengaruhi oleh pemasaran yang dilakukan petani dengan menggunakan sistem ijon dan sistem langsung. Menurut hasil analisis uji beda rata-rata terhadap pendapatan petani yang menggunakan sistem ijon dan sistem langsung terdapat perbedaan. Itu diperoleh setelah dari uji beda rata-rata diperoleh nilai signifikan (2-tailed) kurang dari 5% yaitu hanya sebesar 1,4%. Rata-rata pendapatan petani dengan sistem langsung lebih tinggi dari petani yang menggunakan sistem ijon dengan selisih Rp 5.700.000. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan petani sebaiknya memilih sistem pemasaran langsung untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kemudian kelompok tani sebaiknya lebih diaktifkan kembali sebagai sarana pemasaran bersama untuk mendapatkan harga yang lebih baik bagi petani jeruk. Salah satu alasan petani memilih sistem ijon karena adanya kebutuhan keluarga yang mendesak sehingga menjadikan ijon sebagai solusi. Sebaiknya juga perlu dibentuknya lembaga keuangan desa yang mampu membantu petani dalam mengatasi masalah keuangan. Lembaga keuangan yang diharapkan adalah yang mampu memberikan pinjaman dan memberikan waktu pengembaliannya ketika panen. Disarankan juga untuk diberikannya penyuluhan terkait pemasaran dan peningkatan nilai tambah dari hasil usahatani jeruk agar petani memiliki kreatifitas dan inovasi dalam meningkatkan pendapatan usahatani jeruk serta mengatasi permasalahan yang berpotensi muncul. Karena rendahnya pendidikan yang dimiliki petani menyebabkan masih ada petani yang memlakukan ijon.