Hubungan Feminisasi Pertanian Dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Buruh Tani Di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Malang Jawa Timur
Main Author: | Posparani, Gabreilla Diah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/4859/ |
Daftar Isi:
- Ketimpangan gender yang terjadi di pedesaan dapat menimbulkan ketidakharmonisan antara laki-laki dan perempuan dari segi lingkungan masyarakat sampai rumah tangga. Permasalahan tersebut nantinya akan berdampak pada pembangunan desa untuk mencapai kesejahteraan. Proses pembangunan pesdesaan memerlukan keterlibatan elemen-elemen masyarakat secara langsung, termasuk para wanita yang berperan aktif seperti partisipasi dan proses perencanaan dan pelaksanaan suatu program pembangunan desa. Keterlibatan wanita menjadi syarat mutlak dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkeadilan. Faktor-faktor seperti rendahnya kualitas diri serta adat istiadat dan budaya dapat menjadi penyebab rendahnya pasrtisipasi wanita pedesaan. Keadaan tersebut dapat berubah apabila terjadi perubahan sosial di lingkungan pedesaan yakni perubahan jumlah penduduk akibat terjadinya kelahiran, kematian dan migrasi. Akibatnya terjadilah sebuah fenomena gender pada suatu desa yaitu feminisasi pertanian yang diartikan sebagai suatu fenomena dimana wanita memiliki peran yang dominan dibandingkan laki-laki dalam kegiatan produktif / bertani. Secara tidak langsung peralihan peranan akibat dari feminisasi pertanian dapat meningkatkan kontribusi wanita dalam membantu laki-laki untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Adapun dari peningkatan pendapatan akan berpengaruh pada pemenuhan pangan secara kualitas dan kuantitas atau dapat dikatakan sebagai ketahanan pangan. Tujuan diadakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses feminisasi pertanian, mengidentifikasi keadaan ketahanan pangan rumah tangga serta hubungan antara feminisasi pertanian dengan ketahanan pangan rumah tangga. Penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptf dengan pendekatan kualitatif. Lokasi dipilih secara purposive yakni berlokasi di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Malang, Jawa Timur karena Desa Pandansari merupakan salah satu desa yang memiliki perekonomian yang rendah serta pemilihan lokasi yang lebih spesifik yakni di Dusun Krajan dikarenakan hanya pada dusun ini yang memiliki kelompok tani. Penentuan sampling menggunakan teknik non probability dengan teknik snowball sebanyak 20 responden dengan kriteria yakni buruh tani wanita yang masih berusia produktif dan memiliki tanggungan keluarga. Metode untuk menganalisis data menggunakan analisis deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan keadaan suatu hal atau fenomena secara umum serta analisis korelasi spearman untul mengetahui hubungan antar variabel. Hasil dari penelitian ini yaitu fenomena feminisasi pertanian dapat digambarkan melalui variabel aktivitas, akses dan kontrol. Variabel aktivitas dan kontrol sangat dominan dilakukan oleh buruh tani wanita sehingga tipe feminisasi yang terjadi yakni feminisasi tenaga kerja hal tersebut ditandai adanya peningkatan kegiatan on farm yang dilakukan oleh perempuan. Proses terjadinya feminisasi pertanian di Dusun Kerajan diawali dengan kegiatan migrasi yang dilakukan para ii laki-laki yakni menjadi buruh bangunan. Hal tersebut dikarenakan adanya kegiatan yang bersifat persuasif dari teman satu desa dengan harapan untuk mendapatkan peningkatan upah untuk kehidupan yang lebih baik. Feminisasi pertanian memiliki dampak yakni dalam membuka lapangan pekerjaan baru untuk wanita desa untuk mengisi waktu luang dan membantu suami meningkatkan pendapatan rumah tangga yakni sebagai buruh tani wanita. Ketahanan pangan rumah tangga dapat dijelaskan dengan variabel ketersediaan pangan, akses pangan dan penyerapan pangan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ketahanan pangan di Dusun Krajan Pandansari rendah hal tersebut dikarenakan pada variabel ketersediaan pangan banyak responden yang tidak memanfaatkan sumber daya alam dengan baik. Akses pangan yang rendah karena tidak memanfaatkan pasar untuk memenuhi kebutuhan pangan karena sarana dan prasarana yang rendah serta sudah sangat jarang terdapat kegiatan penyuluhan mengenai gizi pangan untuk meningkatkan pengetahuan responden. Berdasarkan hasil uji korelasi yakni sebesar -0,44 dengan taraf signifikan sebesar 0,4 maka dapat di intepretasikan yakni terdapat hubungan yang lemah dan tidak searah antara feminisasi pertanian dengan ketahanan pangan rumah tangga pada taraf signifikansi 5%. Saran untuk aparat desa dan instasi diharapkan dapat memberikan penyuluhan mengenai keadaan pangan di desa serta mengenai kegiatan pertanian serta keterampilan usaha yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya buruh tani wanita di desa pandansari. Selain itu akan lebih baik jika terdapat suatu program untuk meningkatakan pengetahuan dan partisipasi wanita pedesaan seperti KRPL. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkaji lebih lanjut mengenai fenomena feminisasi dengan ketahanan pangan di suatu daerah untuk mengetahui keadaan pangan di daerah terpelosok.