Perbedaan Kualitas Semen Cair Sapi Peranakan Ongole (PO) Pada Pengencer Cauda Epididymal Plasma 2 (CEP-2) Dengan Level Bovine Serum Albumin (BSA) 0,6% Dan 0,8%
Main Author: | Zahratsani, Amalia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/4833/ |
Daftar Isi:
- Inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu bioteknologi reproduksi yang digunakan guna peningkatan mutu genetik dan populasi ternak di Indonesia. Peningkatan populasi ternak akan meningkatkan jumlah daging yang dihasilkan. Dalam pemenuhannya, Indonesia masih mengimpor daging sapi untuk pemenuhan konsumsi daging di Indonesia. Sapi PO menjadi salah satu sapi lokal yang digunakan dalam peningkatan mutu genetik ternak dan peningkatan populasi sapi di Indonesia. Peningkatan populasi dapat dilakukan dengan menggunakan semen cair dan semen beku dalam bioteknologi reproduksi IB. Semen cair dibuat dari semen segar yang telah dilakukan pengenceran dengan menggunakan bahan pengencer disimpan pada suhu dingin 3o-5oC. Dengan adanya pengenceran menggunakan bahan pengencer yaitu Cauda Epididymal Plasma -2 (CEP-2) ditambah 10% kuning telur, maka mampu mempertahankan kualitas spermatozoa. Bovine Serum Albumin (BSA) merupakan salah satu protein yang dapat melindungi integritas membran, mengurangi radikal bebas serta meminimalisir peningkatan Ca2+ yang masuk pada spermatozoa. Penggunaan pengencer CEP-2 ditambah 10% kuning telur dan BSA, akan memberikan perlindungan ganda terhadap membran spermatozoa yang didapatkan dari CEP-2 yang mengandung BSA dan penambahan level tertentu BSA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi pengaruh level BSA yang berbeda dalam pengencer CEP-2 terhadap kualitas spermatozoa sapi PO selama penyimpanan dingin. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi dan referensi bagi kalangan akdemisi dan unit teknis pelaksana IB dalam membuat pengencer semen yang dapat menjaga kelangsungan hidup spermatozoa selama penyimpanan dingin. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang dan di Loka Penelitian Sapi Potong Grati Kabupaten Pasuruan , pada bulan Maret hingga Mei 2017. Materi penelitian yang digunakan ialah semen segar dari seekor pejjantan sapi PO dengan umur 3 tahun yang dipelihara di Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Kabupaten Pasuruan. Penampungan dilakukan seminggu sekali menggunakan metode vagina buatan. Persyaratan semen segar yang digunakan yaitu semen yang mempunyai motilitas individu ≥ 70% dan motilitas massa 2+. Kuning telur yang digunakan berasal dari telur ayam Arab segar berumur kurang dari 3 hari. Metode yang digunakan ialah eksperimen laboratorium yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 10 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu P0: CEP-2 + 10% kuning telur, P1: CEP-2 + 10% kuning telur + 0,6% BSA, P2: CEP-2 + 10% kuning telur + 0,8% BSA. Variabel yang diamati adalah motilitas individu (%), viabilitas spermatozoa (%), abnormalitas spermatozoa (%), dan total spermatozoa motil (sel/ml). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), bila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Sedangkan motilitas individu dan total spermatozoa motil dianalisis menggunakan Pearson’s Chi Square dengan nilai harapab berturut-turut 40% dan 40 juta sel spermatozoa/ml. Hasil penelitian menunjukkan persentase motilitas individu antara P0,P1,dan P2 berbeda nyata (P<0,05) pada hari ke-2 dan berbeda sangat nyata (P<0,01) pada hari ke-7, dan hari ke-8. Rata-rata motilitas individu selama penyimpanan dingin menunjukkan bahwa P2 paling tinggi hingga hari ke-8 pada penyimpanan dingin. Hasil uji statistik pada persentase viabilitas spermatozoa menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada jam ke-1 dan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada hari ke-4 dan hari ke-8. P1 memiliki rataan viabilitas yang lebih tinggi pada jam ke-1 dan hari ke-4 dibandingkan P0 dan P2. Sedangkan nilai abnormalitas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada masing-masing perlakuan (P>0,05). Uji Pearson’s Chi Square dengan nilai harapan 40 juta sel spermatozoa motil pada setiap perlakuan sehingga dapat digunakan untuk IB sampai penyimpanan 8 hari. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa dengan penambahan BSA mampu mempertahankan kualitas semen sapi PO pada pengencer CEP-2 dengan level BSA 0,6% dan 0,8% selama penyimpanan dingin. Disarankan agar dilakukan penelitian untuk melakukan pengisian semen ke dalam straw untuk aplikasi IB dan uji fertilitas IB.