Pengaruh Frekuensi Perkawinan Terhadap Persentase Kebuntingan, Lama Bunting Dan Jumlah Anak Hidup Kelinci Peranakan New Zealand White

Main Author: Santosa, Roni Pria
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/4803/
Daftar Isi:
  • Kelinci mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan ternak lainnya, yakni dapat menghasilkan anak yang banyak, tidak membutuhkan area lahan yang luas dan pemeliharaannya mudah. Pengaturan sistem perkawinan diupayakan untuk meningkatkan keunggulan ternak dalam menghasilkan keturunan yang baik dan banyak. Perkawinan yang baik akan menghasilkan persentase kebuntingan yang tinggi karena kelinci termasuk ternak yang berovulasi jika ada perkawinan, maka pengaturan perkawinan menjadi sangat penting pada ternak kelinci. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan kelinci “Azhar Farm” milik Bapak Mashuri Azhar S. Pt yang beralamat Jalan Slamet No. 3b gang V, Dusun Banaran, Kecamatan Bumiaji, Batu. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari bulan November 2016 sampai bulan maret 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh frekuensi perkawinan terhadap persentase kebuntingan, lama bunting dan untuk mengetahui pengaruh frekuensi perkawinan terhadap jumlah anak yang hidup selama 24 jam setelah anak kelinci lahir. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai informasi tentang frekuensi perkawinan kelinci yang sesuai untuk meningkatkan produkstivitas induk kelinci. Materi yang digunakan adalah 16 ekor induk kelinci peranakan New Zealand White umur 11 sampai 13 bulan, dengan bobot badan antara 3,7 sampai 4,4 kg. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan apabila ada perbedaan pengaruh diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Terdiri dari empat perlakuan dan empat kali ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah P1 = satu kali kawin, P2 = dua kali kawin, P3 = tiga kali kawin, P4 = empat kali kawin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh frekuensi perkawinan sampai 4 kali memberikan pengaruh perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap persentase kebuntingan pada P4 sebesar (100,00±0,00)% per induk. Pada perlakuan 4 kali frekuensi perkawinan memberikan pengaruh perbedaan tidak nyata (P>0,05) terhadap lama kebuntingan induk kelinci P1 sampai P4 (31,75±1,25-30,5±1,29) hari per induk, jumlah anak hidup selama 24 jam setelah kelahiran P1 sampai P4 (97,22±5,56-91,88±9,87)%. Hasil menunjukkan bahwa persentase kebuntingan dipengaruhi oleh berapa banyaknya frekuensi perkawinan yang dilakukan. Lama kebuntingan dipengaruhi oleh jumlah anak yang dilahirkan induk kelinci, semakin banyak anak yang dilahirkan maka semakin pendek masa kebuntingannya dan sebaliknya semakin panjang masa kebuntingannya maka anak yang dilahirkan ix semakin sedikit. Jumlah anak yang hidup setelah lahir dipengaruhi oleh sifat keibuannya dan kemampuan induk dalam menyusui anaknya. Disimpulkan bahwa frekuensi perkawinan sampai 4 kali meningkatkan persentase kebuntingan sebesar (100,00±0,00c)% per induk (semua induk kelinci bunting). Frekuensi perkawinan sampai 4 kali tidak meningkatkan sifat-sifat reproduksi khususnya lama kebuntingan yang terpendek terletak pada 3 kali perkawinan (29,75±0,95) hari per induk dan yang terpanjang pada 1 kali perkawinan (31,75±1,25) hari per induk dan j umlah anak yang hidup selama 24 jam setelah kelahiran tertinggi pada perlakuan 1 kali perkawinan sebesar (97,22±5,56)% dan yang terendah pada perlakuan 4 kali perkawinan (91,88±9,87)%. Disarankan perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai frekuensi perkawinan terhadap faktor yang mempengaruhi lama bunting dan jumlah anak yang hidup selama 24 jam.