Determinasi Jenis Dan Jumlah Cacing Parasit Berdasarkan Egg Per Gram (EPG) Pada Kompos Berbahan Slurry Dan Sludge Dengan Lama Pengomposan Yang Berbeda

Main Author: Ardiansyah, Moch.Afin
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/4758/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilakukan pada 20 Oktober sampai dengan 20 November 2016 di Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang dan determinasi cacing parasit dilakukan di Laboratorium Epidemiologi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pengomposan terhadap jumlah kontaminasi telur cacing parasit di dalam kompos sludge dan kompos slurry. Materi penelitian ini adalah kompos sludge dan kompos slurry yang dilakukan pengomposan di Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Pengamatan cacing parasit dilakukan secara in-vitro dengan menggunakan metode Mc.Master. Metode yang digunakan adalah eksperimental yang dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan minggu 1-3 dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan yakni P1 (fermentasi 2 minggu), P2 (Fermentasi 3 minggu), P3 (Fermentasi 4 minggu). Variabel yang diukur adalah keberadaan cacing parasit pada kompos sludge dan kompos slurry yang dipanen setiap minggu, determinasi cacing parasit tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Mc.Master. Data yang didapat dianalisis menggunakan teknik Analisis of Varian (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) apabila terdapat perbedaan yang nyata. Hasil penelitian ini didapat bahwa pada kompos sludge dan kompos slurry positif terkontaminasi oleh satu jenis telur cacing dari kelas Trematoda yaitu telur Dicrocoelium sp..Pada kompos slurry P1 terkontaminasi cacing parasit dicrocoelium sp. sebanyak 1606 epg, P2 sebanyak 2716 epg dan P3 sebanyak 2684 epg. Sedangkan pada kompos sludge P1 sebanyak 3672 epg, P2 sebanyak 2560 epg dan P3 sebanyak 2184 epg Telur tersebut mampu hidup pada suhu yang bervariatif, dapat bertahan hidup hingga suhu 60◦C dan akan hidup optimum pada suhu dibawah 35◦ C. Kontaminasi pada kompos sludge paling tinggi pada pengamatan pekan ke 1 (P1)dan pada kompos slurry pada pengamatan pekan ke 2 (P2). Dari pengamatan kedua kompos hingga pekan 3 (P3) tingkat kontaminasi telur cacing Dicrocoelium sp. masih tinggi meskipun rata-rata pada tiap pekan mengalami penurunan jumlah epg. Kesimpulan pada penelitian ini pada kompos berbahan slurry dan kompos berbahan sludge terkontaminasi oleh satu endoparasit yaitu telur cacing dicrocoelium sp. dari kelas trematoda. Pada kompos berbahan slurry pengomposan selama 4 minggu tidak menurunkan tingkat kontamminasi telur cacing dicrocoelium sp. sedangkan pada kompos berbahan sludge pengomposan selama 4 minggu dapat menurunkan tingkat kontaminasi telur cacing dicrocoelium sp.