Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Air Terjun Jahe Berbasis Partisipasi Masyarakat Di Kabupaten Malang Jawa Timur
Main Author: | Ricardo, Sayfian |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/472/1/Ricardo%2C%20Sayfian.pdf http://repository.ub.ac.id/472/ |
Daftar Isi:
- Menurut Soemarno (2004), Indonesia dikenal sebagai sebuah negara yang memiliki hutan tropik terluas ke tiga di dunia, dengan ekosistem yang beragam mulai dari hutan tropik dataran rendah dan dataran tinggi sampai dengan hutan rawa gambut, rawa air tawar, dan hutan bakau (mangrove). Perkembangan pariwisata yang semakin pesat di Indonesia akan membawa semakin banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke berbagai objek wisata alam di Indonesia. Dampak positif yang ditimbulkan yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal, regional dan nasional, sedangkan dampak negatifnya yaitu terjadinya degradasi lingkungan alam, sosial dan budaya tempat tujuan wisata (Widada, 2008). Air Terjun Jahe merupakan salah satu kawasan objek wisata yang berada di Desa Pandansari Lor, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Kawasan Wisata Air Terjun Jahe ini di kelola oleh pemerintah dan bekerja sama dengan lembaga pengelola lokal desa bernama IPPASA yang merupakan komunitas pecinta alam yang berasal dari pemuda desa sekitar lokasi. Lokasi Air Terjun Jahe ini dekat dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Disekitar lokasi Air Terjun Jahe ini terdapat cukup banyak fauna endemik, flora, hasil bumi, kesenian, dan budaya yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat serta pengembangan objek wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan profil Kawasan Wisata Air Terjun Jahe di Kabupaten Malang. 2) Untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang ada dan berpengaruh di Kawasan Wisata Air Terjun Jahe. 3) Untuk menentukan strategi pengembangan dan pengelolaan yang baik untuk Kawasan Wisata Air Terjun Jahe. 4) Untuk membuat model pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Air Terjun Jahe. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskripstif. Jenis data yang digunakan yaitu kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi kuisioner, wawancara, dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Desa Pandansari Lor dan Warga RT.22 Dusun Begawan sebagai sampel. Teknik penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan didapat hasil 50 responden. Teknik pengambilan sampel untuk key informan menggunakan purposive sampling, untuk umum menggunakan purposive dan random sampling. Analisis data yang digunakan yaitu Model Analisis Interaktif (Miles & Huberman), dan Alat Kajian Strategis meliputi Matriks IFE & EFE sebagai input stage, Matriks SWOT & IE sebagai matching stage, dan QSPM sebagai decision stage. Berdasarkan hasil kuisoner yang disebar kepada 50 responden dari berbagai tingkatan pendidikan, usia, jenis kelamin, dan pendidikan didapatkan hasil faktor internal dan eksternal serta skor yang diperoleh oleh masing-masing faktor. Sedangkan nilai bobot diperoleh dari hasil diskusi dengan pihak pengelola. Faktor internal Kawasan Wisata Air Terjun Jahe yang terdiri dari faktor kekuatan berisi tentang memiliki konsep pengelolaan desa wisata, memiliki prosedur pengoperasian wahana yang aman, memiliki hubungan harmonis antar lembaga desa, pemanfaatan kondisi alam yang sejuk dan asri, pengelola memahami lingkungan sekitar daerah wisata, harga tiket terjangkau. Dan untuk faktor kelemahan berisi tentang administrasi kelembagaan kurang teratur, pelayanan prima kurang optimal, kurangnya pemasaran objek wisata, pengelolaan keuangan kurang baik, kurang mampu menarik investor, tata kelola wisata kurang menarik, fasilitas dan wahana kurang memadai. Total nilai IFE sebesar 3,1 yang menunjukkan bahwa Kawasan Wisata Air Terjun Jahe mampu memperbaiki kelemahan yang ada dan meningkatkan kekuatan yang telah dimiliki. Faktor – faktor eksternal Kawasan Wisata Air Terjun Jahe yang terdiri dari faktor peluang berisi tentang adanya kesadaran masyarakat tentang wisata, adanya kesenian dan budaya lokal yang perlu diintegrasikan, adanya minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung, adanya keterbukaan kerjasama antar lembaga pengelola sumberdaya alam, adanya potensi destinasi yang dapat dikelola secara optimal, dan adanya potensi dikembangkan kearah ekowisata. Dan untuk faktor ancaman berisi tentang kurang kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan, kurangnya keahlian masyarakat terhadap bahasa asing, masyarakat kurang antusias mendirikan UKM, sarana dan prasarana sekitar objek wisata kurang memadai, lokasi objek wisata jauh dari pusat kota, adanya perilaku pengunjung yang merusak, adanya potensi bencana alam. Total nilai IFE sebesar 2,6 yang menunjukkan bahwa Kawasan Wisata Air Terjun Jahe siap mengatasi ancaman dengan memanfaatkan peluang yang ada. Tahap pencocokan pada analisis strategi pengembangan yang digunakan adalah analisis SWOT dan Matriks Internal Eksternal (IE) untuk merumuskan alternatif-alternatif strategi yang akan digunakan. Dari analisis SWOT menghasilkan 4 alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi S-T, strategi W-O, dan strategi W-T. Hasil dari analisis SWOT dan matriks IE menunjukkan posisi yang sesuai dengan kondisi saat ini yaitu strategi mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Berdasarkan hasil SWOT dan IE, terdapat tujuh belas (17) alternatif strategi yang sesuai dengan strategi agresif, kemudian dikelompokkan menjadi tiga alternatif utama yang akan diolah dengan matriks QSPM, yaitu peningkatan partisipasi masyarakat, pengembangan destinasi kearah ekowisata, serta meningkatkan manajemen kelembagaan. Berdasarkan jumlah total masing-masing alternatif strategi, dapat diketahui bahwa jumlah total AS yang paling tinggi adalah alternatif 1 sebesar 2,43 yaitu peningkatan partisipasi masyarakat sebagai alternatif strategi yang terpilih dan diprioritaskan untuk dilakukan. Model manajemen untuk pemberdayaan masyarakat terdiri dari unsur man, machine, method, material, market, dan money. Serta terdapat juga aspek manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Model manajemen didapatkan dari hasil perbandingan unsur dan aspek manajemen tersebut. Model pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Air Terjun Jahe terdiri dari enam kegiatan utama, yaitu pemberdayaan SDM, pengembangan fasilitas & wahana, pelestarian lingkungan desa dan objek wisata alam, harmonisasi birokrasi antar lembaga desa, pemasaran, dan manajemen keuangan secara teratur. Saran yang dapat diajukan antara lain perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan destinasi wisata, pengembangan destinasi kearah ekowisata, dan peningkatan manajemen kelembagaan kepariwisataan. Untuk pemerintah dan pengelola diharapkan hasil dari penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dan merealisasikan sebagai strategi pengembangan pariwisata berbasis partisipasi masyarakat. Bagi masyarakat khususnya warga Desa Pandansari Lor diharapkan untuk dapat memahami pentingnya keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan pariwisata di Kawasan Wisata Air Terjun Jahe ini.