Kepentingan Jepang Tetap Menjalin Hubungan Ekonomi Dengan Cina Di Tengah Konflik Perebutan Kepulauan Diaoyu/Senkaku (2010-2014)|
Main Author: | Nikmah, Maslakhah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/4582/ |
Daftar Isi:
- Hubungan sejarah yang buruk membawa hubungan perpolitikan antara Jepang dan Cina menjadi dingin. Terlebih mengenai konflik perebutan kepulauan Diaoyu/Senkaku yang terletak di laut Cina Timur, perbatasan kelautan antara kedua negara. Dinamika konflik yang naik turun sejak tahun 1972, mencuat kembali di tahun 2010 dan 2012. Akan tetapi keberadaan konflik tersebut tidak begitu mempengaruhi keeratan hubungan perekonomian kedua negara yang telah terjalin cukup baik pada saat itu. Negara Jepang bahkan semakin memperbanyak volume kerjasamanya dengan negara Cina di berbagai ranah, seperti ekonomi, sosial-budaya, dan juga keamanan. Tindakan Jepang inilah yang dianalisis oleh penulis dengan menggunakan konsep ‘Kepentingan Nasional’ milik K. J. Holsti. Dimana melihat dari kepentingan jangka pendek Jepang (self preservation) dan juga kepentingan jangka menengahnya (social welfare and economic development, increase a state‟s prestige in the system, dan self-extension and imperealism) sebagai acuan kepentingan negara Jepang untuk tetap mempertahankan hubungan ekonominya dengan Cina meski sedang berkonflik perebutan kepulauan Diaoyu/Senkaku pada rentan tahun 2010 hingga 2014.