Pertumbuhan Ikan Sidat (Anguilla Bicolor) Pada Fase Elver Dengan Perendaman Larutan Triiodotironin Pada Dosis Yang Berbeda

Main Author: Rahardjo, Nursyahfira Putri
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo%2C%20Nursyahfira%20Putri.pdf
http://repository.ub.ac.id/4448/
Daftar Isi:
  • Ikan Sidat (Anguilla bicolor) merupakan salah satu famili anguilidae. Bentuk tubuhnya silindris memanjang dengan dilapisi oleh lendir yang membantu pergerakannya. Biasanya ditemukan pada muara sungai yang menghadap ke lautan atau samudera. Pada perairan Indonesia sidat tersebar disepanjang pantai barat Pulau Sumatera, pantai selatan timur Pulau Jawa, pantai timur Pulau Kalimantan, disekeliling pantai Pulau Sulawesi, dan Pantai utara Papua. Daging sidat enak dan gurih karena 25% bobot tubuhnya adalah lemak. Untuk 100 gram daging sidat mengandung 5.000 IU vitamin E. Sidat memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditi unggulan ekspor yang bernilai ekonomis dan mampu bersaing dengan komoditi lain di pasar internasional. Harga jual sidat ukuran konsumsi mencapai Rp. 50.000— 80.000/kg, bahkan untuk ukuran Glass eel mencapai harga Rp. 400.000— 500.000/kg. Permintaan berbagai Negara terhadap sidat segar dan olahannya mencapai 300.000 ton per tahun. Sebagian besar kuota impor dikirim untuk memenuhi permintaan dari Jepang dan sisanya seperti Negara Cina, Korea, Taiwan, Hongkong, Amerika dan beberapa Negara di Eropa. Indonesia mengambil peranan 7% nilai ekspor sidat, Namun nilai ini mengalami penurunan karna pengiriman sidat dibatasi hanya diatas ukuran 150 gram, sedangkan untuk benih sidat dilarang. Pemanfaantan sumberdaya sidat dalam usaha penangkapan sidat dewasa maupun elver dan untuk usaha budidaya masih terbilang kecil. Pada kegiatan budidaya sidat, benih yang digunakan masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Kendala utama dalam budidaya sidat adalah tingginya tingkat mortalitas pada saat glass eel sampai elver yang mencapai 70—80%. Pemeliharaan benih sidat pada tahap awal merupakan masa paling sulit dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 30—50%. Selain masalah mortalitas yang tinggi, masalah lain dalam budidaya sidat adalah laju pertumbuhannya yang lambat yaitu kurang dari 3,1%. Salah satu kendala dalam proses pembesaran sidat adalah laju pertumbuhan sidat yang lambat. Untuk mencapai ukuran konsumsi biasanya dibutuhkan waktu hingga 2 tahun. Selama ini penyebab rendahnya laju pertumbuhan disebabkan karena nafsu makan benih yang kurang, padat penebaran terlalu tinggi, kualitas pakan tambahan rendah dan jumlah pakan kurang. Namun hal lain yang dapat kita kaji adalah bagaimana meningkatkan laju pertumbuhan ikan sidat dari fase benih (elver) dengan cara meningkatkan laju metabolisme nya. Laju metabolisme yang baik akan berdampak pada penambahan bobot tubuh yang sesuai. Salah satu metode yang akan diteliti adalah mempercepat pertumbuhan elver sidat dengan cara direndam di dalam larutan hormon triiodotironin (T3). Hormon triiodotironin mengandung tiga atom yodium. Hormon ini berperan dalam pertumbuhan, perkembangan dan laju metabolisme.Perendaman dalam hormon ini belum diketahui dosis optimal yang dapat berpengaruh dan meningkatkan laju pertumbuhan elver sidat. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2017 di Ruang Laboratorium Budidaya Ikan (Divisi Reproduksi Ikan) Gedung D lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) yang berbeda terhadap pertumbuhan elver ikan sidat (Anguilla bicolor), sehingga nantinya dapat mempercepat laju pertumbuhan elver sidat dan meningkatkan produksi pada kegiatan pembesarannya. Metode yang dilakukan adalah dengan mempersiapkan elver sidat sebanyak 180 ekor ukuran 5—6 gram yang diaklimatisasi terlebih dahulu pada akuarium penampungan untuk menyesuaikan suhu dan salintas air pada Laboratorium reproduksi. Kemudian dilakukan sampling pada sidat yang sehat dan memenuhi kriteria. Setelah itu dilakukan perendaman elver sidat pada kantung plastik dengan dosis hormon triiodotironin (T3) yang telah ditentukan (0,5; 1; dan 1,5) ppm dalam 1 liter air selama 8 jam. Setelah proses perendaman hormon triiodotironin (T3) selesai, maka sidat akan dipelihara selama 42 hari dalam akuarium pemeliharaan dengan pemberian pakan 2 kali sehari dengan FR 3,5% pada pukul 08.00 dan 16.00, pengecekan kualitas air meliputi suhu, DO, dan pH yang dilakukan dua kali sehari pada pukul 04.00 dan 14.00, pengecekan kualitas air mingguan berupa nitrit dan amonia yang diukur setiap sepuluh hari sekali dengan menggunakan teskit, sampling yang dilakukan dua minggu sekali meliputi bobot harian, bobot mingguan, bobot mutlak, pajang harian, panjang mingguan, panjang mutlak dan laju pertumbuhannya, serta uji ELISA yang dilakukan 4 hari setelah perendaman dengan tahapan isolasi protein dan pengujian konsentrasi hormon T3 untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi hormon T3 berpengaruh terhadap pertumbuhan dan waktu urai hormon di dalam tubuh yang berkaitan dengan food safety. Hasil dari penelitian ini memberikan pertumbuhan bobot rata-rata harian tertinggi sebesar 0,22 gram/hari, panjang rata-rata harian tertinggi 0,09 cm/hari, laju pertumbuhan bobot spesifik 0,02 %/hari, laju pertumbuhan panjang spesifik 0,005 %/hari, bobot mutlak 9,5 gram, panjang mutlak 3,8 cm, bobot mingguan 1,18 gram/minggu, dan panjang mingguan 0,47 cm/minggu. Pertumbuhan yang lebih tinggi ditemukan pada dosis yang lebih rendah hal ini diakibatkan semakin tinggi dosis yang diberikan akan menyebabkan tubuh kurus dan memberikan feedback negatif terhadap proses metabolisme yang berlangsung. Memberikan rata-rata kelangsungan hidup sebesar 86,67%. Dari hasil pengujian ELISA didapatkan hasil konsentrasi pada dosis 0,5 ppm sebesar 3,19 ng/ml, dosis 1 ppm sebesar 3,41 ng/ml dan dosis 1,5 ppm sebesar 4,53 ng/ml. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan yang terjadi adalah korelasi dari pemberian perendaman hormon Triiodotironin (T3). Rata-rata kualitas air selama peneliatian berlangsung adalah suhu berkisar 24—27°C, oksigen terlarut 4—7 ppm, derajat keasaman 6—7,5, nitrit nitrit berkisar antara 0,5—1 mg/l, amonium berkisar antara 0,5—2 mg/l.