Analisis Keunggulan Komparatif Usahatani Bawang Merah Di Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo
Main Author: | Anjarwati, Elis |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/4238/ |
Daftar Isi:
- Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan komoditas yang banyak diusahakan oleh petani secara intensif. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2014), pengembangan hortikultura memang diarahkan pada salah satu komoditas hortikultura, yaitu bawang merah. Salah satu sentra produksi bawang merah terletak di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Probolinggo menyumbang 3,98% terhadap total produksi bawang merah nasional. Pasokan terbesar untuk Kabupaten Probolinggo berasal dari Kecamatan Dringu. Permasalahan yang masih terjadi di sentra penghasil bawang merah adalah produksi yang tidak stabil. Hasil produksi yang berfluktuatif tersebut kadang membuat pemerintah harus melakukan impor demi memenuhi kebutuhan bawang merah dalam negeri. Akan tetapi, seringkali kebijakan impor bawang merah ini harus diawasi agar tidak sampai merugikan petani sebagai produsen bawang merah domestik. Kebijakan yang diterapkan pemerintah akan selalu turut andil dalam menentukan kemampuan daya saing bawang merah domestik terhadap bawang merah impor. Khususnya berpengaruh pada keunggulan komparatifnya. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisis tingkat keunggulan komparatif usahatani bawang merah, (2) Menganalisis tingkat sensitivitas keunggulan komparatif usahatani bawang merah, dan (3) Menganalisis dampak kebijakan pembatasan impor terhadap kenggulan komparatif usahatani bawang merah di Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Alat analisis yang dipakai untuk melihat tingkat keunggulan komparatif dalam penelitian ini, yaitu Domestic Resource Cost Ratio (DRCR). DRCR merupakan indikator yang dapat menunjukkan seberapa besar sumber daya domestik mampu dihemat untuk menghasilkan satu unit. Nilai keunggulan komparatif nantinya akan diuji sensitivitasnya. Penelitian ini menggunakan tiga skenario sensitivitas yaitu: (1) Adanya kenaikan harga bibit sebesar 30%, (2) Kenaikan harga bibit 30% yang bersamaan dengan naiknya jumlah output sebesar 10%, dan (3) Perubahan nilai tukar rupiah sebesar 5%. Selain itu, pada penelitian ini juga menggunakan Policy Analysis Matrix (PAM) yang digunakan untuk melihat dampak kebijakan (divergensi) terhadap input, output, serta input-output secara keseluruhan. Penentuan lokasi penelitian ditingkat kecamatan dipilih kecamatan yang merupakan daerah sentra produksi dan tingkat produktivitasnya yang tinggi. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 47 responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani bawang merah di Kecamatan Dringu, memiliki tingkat keunggulan komparatif dan telah efisien dalam memanfaatkan sumberdaya domestik, sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan indikator daya saing yaitu DRCR, menunjukkan bahwa usahatani bawang merah tersebut memiliki nilai sebesar 0,60 dan lebih kecil dari 1. Nilai keunggulan komparatif tersebut kemudian diuji sensitivitas sesuai tiga skenario yang telah dibuat. Hasilnya, skenario tersebut mengubah nilai DRCR, namun masih memenuhi kriteria usahatani yang memiliki keunggulan komparatif. Skenario pertama, mengubah nilai DRCR menjadi 0,74. Skenario kedua mengubah nilai DRCR menjadi 0,67. Skenario ketiga dengan kenaikan rupiah sebesar 5% (rupiah menguat) mengubah nilai DRCR menjadi 0,63 dan penurunan rupiah sebesar 5% (rupiah melemah) mengubah nilai DRCR menjadi 0,57. Selanjutnya, hasil mengenai analisis PAM menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah berupa pembatasan impor berdampak positif terhadap usahatani bawang merah di Kecamatan Dringu, namun tidak dengan kebijakan terhadap inputnya. Berdasarkan indikator transfer output, menjelaskan bahwa dengan adanya kebijakan pembatasan impor lebih menguntungkan produsen, karena konsumen membeli output bawang merah domestik dengan harga yang tinggi, sehingga keuntungan kotor petani meningkat dan petani memperoleh surplus keuntungan dengan adanya kondisi tersebut. Berdasarkan indikator transfer input, menunjukkan bahwa kebijakan terhadap input masih belum berdampak positif, karena petani membeli input dengan harga yang tinggi. Selain itu, juga terdapat transfer dari petani ke pemerintah berupa PBB dan terdapat transfer (perlindungan) pemerintah terhadap produsen input tradable. Kebijakan pemerintah terhadap input-output usahatani bawang merah menguntungkan petani bawang merah di Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo.