Analisis Rantai Pasok Benih Padi Pada PB. ST dan PB. BAM di Kabupaten Malang: Perspektif Supplier Relationship Management (SRM)

Main Author: Rahmafathi, Dini
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/4137/
Daftar Isi:
  • Supplier Relationship Management (SRM) merupakan suatu konsep dalam proses makro rantai pasok yang hanya fokus di dalam upstream yang saling mempengaruhi antara produsen dengan Supplier/petani mitra (Chan, et al., 2003). Pada konsep SRM menggunakan tiga variabel yaitu, seleksi supplier berkualitas, integrasi supplier dan, efektifitas proses pembelian. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pasutham (2012) yang menyebutkan bahwa terdapat 3 komponen pengukuran kinerja dalam proses SRM yaitu seleksi supplier berkualitas, integrasi supplier, dan efektifitas proses pembelian. Seleksi supplier berkualitas mengacu pada kriteria utama dalam memilih pemasok yang memenuhi standar kualitas firm, integrasi supplier mengacu pada hubungan kolaboratif antara firm dengan supplier yang saling ketergantungan dan bekerjasama dalam suatu proyek tertentu atau dalam pembelian tertentu. Selanjutnya, efektifitas proses pembelian mengacu pada efisiensi seluruh proses pembelian untuk mendapatkan bahan baku dari supplier (Pasutham, 2012). Analisis yang dilakukan terhadap tiga komonen tersebut diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam melihat kondisi rantai pasok benih padi dan melihat orientasi relasi yang terjalin antara firm benih padi dengan supplier. Dengan demikian, maka tujuan utama dari rantai pasok benih padi di tingkat hulu yakni dalam memenuhi permintaan Calon Benih Kering Sawah (CBKS) ditingkat konsumen dapat dicapai sesuai dengan prinsip 6 tepat (6T). 6T yang dimaksud yaitu (tepat varietas, tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat harga).Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan tujuan dalam penelitian ini adalah: menganalisis kondisi rantai pasok benih padi pada PB. ST dan PB. BAM di Kabupaten Malang dilihat dari perspektif Supplier Relationship Management (SRM) yang dalam hal ini meliputi seleksi Supplier berkualitas, integrasi Supplier, dan efektivitas proses pembelian. Studi Supply Chain Management (SCM) telah banyak digunakan untuk melihat kinerja rantai pasok pada perusahaan. Pasutham (2012) menggunakan pendekatan SCM untuk mengetahui kinerja rantai pasok pada perusahaan Thailand dengan melihat SCM secara macro process. Selain itu studi SCM juga dilakukan pada penelitian Arum (2015) dan Pratiwi (2014) untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal terhadap kinerja rantai pasok perusahaan. penelitian-penelitian terdahulu terkait SCM mengarah pada pengukuran kinerja rantai pasok yang terfokus pada perusahaan manufacture. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mengkaji kondisi SRM rantai pasok benih padi yang terfokus pada hubungan kerjasama antara firm dengan supplier. Berdasarkan fenomena yang ditemukan di lapang, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kondisi rantai pasok antara manufacture dengan rantai pasok pada produk hasil pertanian, dalam hal ini benih padi. Oleh karena itu, pengukuran supply chain management-nya pun akan berbeda. ii Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Malang yang bertujuan untuk menganalisis kondisi rantai pasok benih padi pada PB. ST dan PB. BAM di Kabupaten Malang dilihat dari persepektif Supplier Relationship Managament (SRM) yang meliputi seleksi Supplier berkualitas, integrasi Supplier, dan efektivitas proses pembelian. Responden penelitian ini ada 3 macam yaitu responden firm benih padi, supplier I, dan supplierII. Penentuan responden ini dilakukan secara berjenjang atau menggunakan metode multistage cluster sampling. Multistage cluster sampling merupakan proses pengambilan sampel yang dilakukan melalui 2 tahap pengambilan sampel atau lebih (Cochran, 1977). Dua tahap yang pengambilan sampel yang dimaksud adalah metode snowball sampling pada unit sampling tahap pertama dan dengan metode sensus pada unit sampling tahap kedua. Responden firm benih padi hanya terdapat 2 responden dari 2 perusahaan benih padi, yang dipilih secara sengaja (purposive). Kemudian,metode penentuan sampel untuk responden supplierI menggunakan metode snowball sampling dengan jumlah sampelnya yaitu 7 responden. Sedangkan metode penentuan sampel untuk responden supplierII menggunakan metode sensusdengan jumlah sampelnya yaitu 8 responden supplierII. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara untuk mengumpulkan data primer dan dokumentasi untuk mengumpulkan data sekunder.Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif statistik. Analisis deskriptif statistik digunakan dalam mengidentifikasi kondisiSupplier Relationship Management (SRM) rantai pasok benih padi. Selain itu analisis ini juga digunakan untuk melihat hubungan kerjasama antara produsen benih padi dengan supplier yang terlibat dalam saluran rantai pasok produksi benih padi. Berikut ini hasil penelitian kondisi Supplier Relationship Management (SRM) rantai pasok produksi benih padi pada PB.ST dan PB. BAM di Kabupaten Malang 1. Kondisi Supplier Relationship Management (SRM) rantai pasok benih padi yang ada di Kabupaten Malang dipengaruhi oleh seleksi Supplier berkualitas,integrasi supplier dan efektifitas proses pembelian. 2. Pada variabel seleksi Supplier berkualitas pada PB. ST, dan PB. BAM seluruh responden sepakat bahwa dalam hubungan antara firm dengan supplier I dinilai sangat penting dengan rata-rata skor 85,7 dan dinilai penting bagi responden PB. BAM dengan rata-rata skor 60,7. Pada hubungan antara supplier I dengan firm responden dinilai sangat penting dengan rata-rata skor sebesar 82,75 dan dinilai penting dengan rata-rata skor 62,4. Pada hubungan antara supplier I dengan supplier II dinilai penting dengan rata-rata skor sebesar 62 dan dinilai cukup penting bagi responden PB. BAM dengan rata-rata skor 59,3 Sedangkan pada hubungan antara supplier II dengan supplier I dinilai cukup penting dengan rata-rata skor sebesar 59,6 dan dinilai cukup penting bagi responden PB. BAM dengan rata-rata skor sebesar 48,1 3. Kemudian, pada variabel Integrasi Supplier pada PB. ST dan PB. BAM seluruh responden dalam hubungan antara firm dengan supplierI sepakat bahwa indikator ini merupakan hal yang penting dengan rata-rata skor 54,25 dan dinilai penting bagi responden PB. BAM dengan rata-rata skor 52,4. Pada iii hubungan antara supplier I dan firm dinilai cukup penting dengan rata-rata skor 51,5 dan dinilai cukup penting bagi responden PB. BAM dengan rata-rata skor 50. Pada hubungan antara supplierI dengan supplier II merupakan hal yang penting dan dinilai cukup penting bagi responden PB. BAM dengan rata-rata skor 51,2, sedangkan pada hubungan antara supplier II dengan supplier I merupakan hal yang penting dengan rata-rata skor 56 dan dinilai penting dengan rata-rata skor 53,8. 4. Selain itu, pada variabel efektifitas proses pembelian pada PB. ST dan PB. BAM. Seluruh responden dalam hubungan antara firm dengan supplier I pada PB. ST sepakat bahwa indikator ini merupakan hal yang cukup penting dengan rata-rata skor 18 dan dinilai cukup penting oleh responden PB. BAM dengan rata-rata skor 21. Pada hubungan supplier I dan firm menilai cukup penting dengan rata-rata skor 51,5 dan dinilai penting oleh responden PB. BAM dengan rata-rata skor sebesar 21. Pada hubungan antara supplierI dengan supplier II menilai cukup penting dengan rata-rata skor 19 dan dinilai cukup penting dengan skor 20,5.Sedangkan pada hubungan antara supplier II dengan supplier I menilai cukup penting dengan rata-rata skor sebesar 19 dan dinilai tidak penting oleh responden PB. BAM dengan rata-rata sebesar 12,5. 5. Selanjutnya, untuk melihat orientasi relasi/hubungan kerjasama penilaian terbagi atas dua yaitu penilaian Firm terhadap supplier I, supplier I terhadap Firm, penilaian supplier I terhadap supplier II, dan penilaian supplier II terhadap supplier I. Tingkat kepentingan yang dinilai yaitu meliputi hubungan yang menguntungkan, menjaga kontinuitas bahan baku, fokus hubungan jangka panjang, kesediaan berkorban untuk membantu supplier I, memperhatikan kepentingan pribadi, berharap supplier/firm tetap bekerjasama, dan menjaga kesepakatan dari waktu ke waktu. Secara umum, dapat disimpulkan dari penelitian adalah bahwa kondisi Supplier Relationship Management (SRM) rantai pasok produksi benih padi pada PB. ST dan PB. BAM dipengaruhi oleh kinerja supplier, proses seleksi, green supplier, koordinasi dengan Supplier, integrasi informasi, hubungan organisasional, penggunaan teknologi dan informasi, efektifitas komunikasi melalui produksi dan efektifitas administrasi kontrak. Sementara itu, keeratan hubungan pada masing-masing hubungan kerjasama paling dipengaruhi oleh variabel hubungan organisasional, efektifitas komunikasi melalui produksi, integrasi informasi. Adapun saran yang bisa diajukan dalam penelitian ini adalah perlu adanya perhatian dan pembinaan dari Dinas Pertanian dan BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) kepada podusen/penangkar benih padi dalam pembentukan sistem pemantauan mutu benih mulai dari sub-sistem produksi dan pengolahan. Dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali informasi terkait kondisi SRM rantai pasok produksi benih padi pada bentuk badan usaha selain PB (Penangkar Benih) atau selain penangkar benih swasta.