Rancang Bangun Model Alat Pengering Gabah Berbasis Efek Rumah Kaca

Main Author: Wardani, Iqrimah
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/3824/
Daftar Isi:
  • Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Hal ini mengakibatkan konsumsi makanan pokok seperti beras juga besar. Beras merupakan bentuk olahan gabah yang telah dikeringkan dan digiling kemudian dijual pada konsumen Pada umumnya pengeringan gabah di Indonesia masih dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan dikeringkan di bawah terik matahari atau dijemur. Metode konvensional ini dinilai kurang efektif karena membutuhkan wakatu yang lama dan tempat yang luas. Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris disebut green house effect yang pada awalnya digunakan para petani di daerah iklim sedang untuk menanam sayuran. Di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca, karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panjang berupa gelombang sinar infra merah, tetapi gelombang panjang tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan. Dari permasalahan tersebut dan korelasinya dengan panas matahari yang dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan gabah. Alat pengering dengan ruang tertutup ini memiliki beberapa komponen diantaranya adalah ruang kolektor yang berisi batuan untuk menyimpan panas, ruang pengering berbentuk silinder, serta blower yang berfungsi menyerap sisa udara pengering untuk dikeluarkan dari ruang pengering. Adapun parameter pengujian alat ini berupa intensitas cahaya matahari, suhu di tiga tempat (rumah kaca, ruang pengering dan cerobong), kecepatan aliran udara, dan kelembaban udara. Pengamatan suhu kolektor, ruang pegering dan cerobong juga dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu kran tertutup penuh, kran terbuka penuh dan kran tertutup setengah. Setelah perancangan dan pengujian alat dilakukan, didapatkan data bahwa intensitas cahaya matahari sangat mempengaruhi besarnya suhu lingkungan dan alat. Pada hari pertama pengamatan intensitas rata-rata cahaya matahari sebesar 570.15 W/m2 dengan suhu kolektor tertiggi 50.4oC, hari kedua 375.25 W/m2 dengan suhu kolektor tertinggi 53.2oC dan hari ketiga 543.18 W/m2 dengan suhu tertinggi kolektor sebesar 50.8oC. Pengukuran kecepatan aliran udara dilakukan di tiga tempat yaitu saluran dari ruang kolektor menuju ruang pengering, saluran dari ruang pengering menuju crobong dan saluran pada cerobong. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya udara yang mengalir tiap detiknya saat blower dinyalakan. Besarnya debit aliran udara yang telah diamati dari hari pertama hingga hari ketiga berturut-turut adalah 0.0082775 m3/s, 0.010472 m3/s dan 0.014283 m3/s.